Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Banyak Tim Investigasi untuk Kasus LP Cebongan

Kompas.com - 31/03/2013, 15:06 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi I DPR RI Sidarto Danu mengatakan, banyaknya tim investigasi untuk menangani kasus penembakan terhadap empat orang tahanan oleh sekelompok orang bersenjata di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, tidak akan membuat kasus ini cepat selesai. Ia khawatir akan terjadi kompetisi antar-tim investigasi yang akan menimbulkan konflik baru di antara institusi penegak hukum.

"Sangat disayangkan, banyak tim investigasi yang dibentuk. Kenapa tidak digabung saja jadi satu sehingga proses investigasi akan berjalan lebih cepat," kata Sidarto dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (31/3/2013).

Sidarto mengatakan, tim investigasi yang dibentuk polisi telah menemukan benang merah dari insiden penembakan yang berlangsung di dalam institusi penegakan hukum tersebut. Sementara tim investigasi yang dibentuk oleh Komnas HAM telah masuk ke tahap penyelidikan.

"Kalau sendiri-sendiri seperti ini nanti justru akan tidak maksimal," katanya.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, juga menyampaikan pandangan senada. Menurutnya, banyaknya tim investigasi yang dibentuk  masing-masing institusi penegak hukum akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat.

"Kalau TNI bergerak sendiri, lalu polisi juga bergerak sendiri, dikhawatirkan justru terjadi eskalasi konflik karena masing-masing tim investigasi itu merasa ada blok atau batas di antara mereka," ujarnya.

Namun, katanya, akan berbeda jika dibentuk sebuah tim independen yang bekerja di bawah koordinasi Presiden. "Anggotanya tidak perlu banyak-banyak, cukup sekitar 7 orang saja, tetapi diisi oleh staf senior di polisi dan TNI, lalu Komnas HAM, anggota DPR. Mereka juga difasilitasi Presiden di Kantor Setneg agar memudahkan untuk menyerahkan laporan harian kepada Presiden," katanya.

Seperti diberitakan, gerombolan bersenjata api laras panjang, pistol, dan granat datang menyerang Lapas Cebongan, Sabtu (23/3/2013) dini hari lalu. Empat tahanan yang tewas adalah tersangka kasus dugaan penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya anggota Kopassus pada 19 Maret 2013. Mereka adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait. Para pelaku penyerangan melakukan aksinya dalam waktu 15 menit dan membawa CCTV lapas. Pelaku diduga berasal dari kelompok bersenjata yang terlatih.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

    Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com