Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR: Ikuti Saja Indikasi KSAD

Kompas.com - 30/03/2013, 14:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bersamaan dengan dibentuknya tim investigasi TNI AD untuk kasus penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY); di media sosial beredar pula "notes" yang menyatakan pelaku penyerangan bukan tentara. Catatan itu justru menyebut polisi berada di balik penyerangan tersebut, dengan beragam argumentasi yang disodorkan. Masyarakat diminta untuk jeli dan cermat menyikapi semua dinamika ini.

"Pertama, kita tidak yakin, Idjon Djanbi (penulis catatan di sosial media itu) ini apakah benar mewakili tentara dan Kopassus," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Tb Hasanuddin saat dihubungi pada Sabtu (30/3/2013). Karenanya, ujar dia, kita tak perlu terjebak dengan menjadikan tulisan itu sebagai referensi atau acuan.

Hasanuddin pun menyatakan dia memilih mengikuti pernyataan Kepala Staf TNI AD Pramono Edhie Wibowo saat mengumumkan pembentukan tim investigasi TNI AD, Jumat (29/3/2013). "Mendhing dengan indikasi yang disampaikan KSAD, semua komandan satuan, siapa pun, segera melakukan upaya investigasi di seluruh satuannya," kata dia.

Indikasi yang dinyatakan Pramono, sebut Hasanuddin, harus menjadi rujukan utama tim investigasi ini. "Dalam teori intelijen, indikasi atasan adalah petunjuk," ungkapnya.

KSAD, Jumat (29/3/2013), mengumumkan bahwa pembentukan tim investigasi TNI AD menyusul adanya indikasi keterlibatan anggota TNI di satuan wilayah di Jawa Tengah dalam penyerangan Lapas Kelas IIB Cebongan Sleman, DIY. Pramono menolak indikasi yang menunjukkan keterlibatan TNI itu, tetapi mengatakan bahwa tim investigasi TNI AD akan bekerja secepat dan setransparan mungkin.

Pramono pun tak membantah sebelumnya ada bantahan keterlibatan TNI dalam aksi penyerangan, yang disampaikan oleh Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen Hardiono Saroso. Akan tetapi, KSAD berpendapat bahwa bantahan tersebut merupakan jawaban sesaat berdasarkan informasi yang belum lengkap, sesuai situasi dan kondisi saat itu.

Tudingan ke arah TNI mencuat seiring temuan peluru 7,62 milimeter dan selongsongnya di lokasi kejadian. Keterangan saksi yang melihat senapan AK-47 pun menguatkan. Dalam dunia persenjataan, kaliber peluru ini merujuk pada versi militer, dan memang ada versi peluru 7,62 untuk senapan buatan Rusia atau eks Uni Soviet.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Gerombongan Serang Lapas Cebongan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com