JAKARTA, KOMPAS.com— Kubu Susilo Bambang Yudhoyono menerapkan segala cara untuk menguasai secara penuh Partai Demokrat, termasuk cara-cara tidak demokratis.
Penerapan ini menggambarkan tidak adanya rasa percaya diri kubu SBY jika ketua umum dibiarkan terpilih secara demokratis terbuka.
Peneliti Senior Soegang Sarjadi Syndicate (SSS), Toto Sugiarto, di Jakarta, Senin (25/3/2013), menanggapi wacana kader-kader Demokrat di daerah yang mulai ingin mengusung kembali SBY sebagai pendiri menjadi ketua umum menilai, tidak mengakarnya kubu SBY sangat terbaca.
Akar Partai Demokrat masih dikuasai kubu Anas Urbaningrum, meskipun kubu SBY, seperti Syarifuddin Hasan, menganggap, tidak ada kubu-kubu di dalam partai besar ini. Sangat disayangkan, karena jati diri Demokrat tidak seperti namanya.
Menurut Toto, Partai Demokrat akan diarahkan untuk secara sentralistik dikuasai satu tangan, seperti diungkapkan I Gede Pasek agar Partai Demokrat menerapkan demokrasi terpimpin. Ini kira-kira seperti yang dilakukan Presiden Soekarno pasca-Dekrit Presiden.
Padahal, ini merupakan strategi yang salah dan kotra-produktif bagi upaya perbaikan citra yang sekarang sedang dilakukan. Dengan menerapkan mekanisme yang tidak jelas dan cenderung otoriter, seperti pernyataan ketaatan, Demokrat malah akan semakin terpuruk.
"Jika bandul mekanisme politik internal di Demokrat tidak berubah, Partai Demokrat akan gagal memenangkan Pemilu 2014," ujar Toto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.