Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hajriyanto: Penguasa, Tinggalkan Pikiran Paranoid

Kompas.com - 15/03/2013, 16:05 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Y Thohari menilai penggulingan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono hanya sebatas wacana atau celetukan di beberapa kalangan. Hanya saja, Hajriyanto sama sekali tidak melihat wacana itu menjadi gerakan.

"Pikiran-pikiran paranoid sebaiknya ditinggalkan oleh penguasa," kata Hajriyanto ketika dihubungi, Jumat (15/3/2013), saat dimintai tanggapan pertemuan Presiden dengan beberapa pihak.

Hajriyanto mengatakan, wacana penggulingan pemerintahan sebelum akhir masa jabatan di 2014 membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang. Apalagi, wacana itu masih sangat sumir. Rakyat, kata dia, menginginkan jadwal demokrasi lima tahunan pemilu diikuti dan ditaati oleh semua pihak.

"Terlalu mahal harga sosial politiknya jika jadwal demokrasi lima tahunan itu diabaikan. Membangun demokrasi itu perlu kesabaran, ketekunan, dan nafas panjang. Langkah-langkah drastis yang instan itu tidak positif dan konstruktif," kata politisi Partai Golkar itu.

Hajriyanto menambahkan, "Sikap kritis terhadap pemerintah yang kadang-kadang diartikulasikan secara keras adalah biasa dan tidak harus dipahami sebagai gerakan penggulingan. Itu ibaratnya orang menyetel radio terlalu keras saja."

Seperti diberitakan, Presiden mengundang mantan Komandan Jenderal Kopassus yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, tujuh jenderal purnawirawan TNI Angkatan Darat, dan 13 organisasi kemasyarakatan Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI). Pertemuan ketiga pihak itu digelar terpisah di Kantor Presiden.

Tujuh Jenderal purnawirawan mengaku menerima informasi adanya upaya agar pemerintahan SBY-Boediono tidak berjalan hingga di akhir masa jabatan. LPOI menyebut akan berada di belakang SBY sampai akhir masa jabatan.

Adapun Prabowo menganjurkan kepada semua pihak untuk membangun budaya demokrasi secara konstitusional. "Anda tidak puas, Anda mau perubahan monggo, silahkan, salurkan. Pemilu tinggal setahun lagi. Sekarang kalau mau ada perubahan secara tidak konstitusional, apa maksudnya? Mau ganti pemerintahan di tengah jalan? Toh tinggal setahun lagi pemilu. Untuk apa?," kata Prabowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com