JAKARTA, KOMPAS.com — Kekalahan pasangan Dede Yusuf-Laksamana, pasangan dari Partai Demokrat, merupakan dampak yang didapat dari masalah kekisruhan dari dalam tubuh partai. Hal tersebut menjadikan pasangan ini berada pada posisi ketiga hasil penghitungan cepat berbagai lembaga survei dalam perhitungan pemilihan gubernur Jawa Barat.
"Pilgub Jabar itu salah satu dampaknya. Kami jadi kena sanksi sosial. Itu yang saya minta setahun lalu supaya Anas legowo mundur untuk sementara," kata salah satu kader Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, seusai acara Perayaan Cap Go Meh di JIExpo Kemayoran pada Minggu (24/2/2013) malam.
Ruhut mengungkapkan, sebagai kader partai, boleh saja takut kepada sanksi hukum. Akan tetapi, sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat juga akan lebih memberatkan dalam memperoleh kepercayaan masyarakat. Kisruh dalam tubuh Partai Demokrat jelas memberikan pengaruh besar dalam perolehan suara pada Pilgub Jabar kemarin. Walaupun hasil penghitungan cepat, kata Ruhut, hal tersebut berarti bahwa masyarakat sudah mengalami krisis kepercayaan terhadap partai.
Untuk itu, ungkap Ruhut, jalan lain yang bisa meningkatkan polling Partai Demokrat adalah dengan karisma dan kewibawaan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pendiri partai. Ruhut memohon kepada SBY untuk bisa menaikkan polling partai dengan berbagai kebijakannya.
Sebelumnya, pasangan Dede Yusuf-Laksamana dari Partai Demokrat berada pada urutan ketiga. Wakil Gubernur Jabar yang mencalonkan diri jadi gubernur tersebut, dari hasil Quick Count Kompas, memperoleh suara sebesar 25,49 persen. Adapun posisi pertama ditempati oleh pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar.
Gubernur incumbent atau petahana perwakilan Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) memperoleh suara sebesar 31,58 persen. Pasangan nomor lima dari PDI Perjuangan, Rieke Dyah Pitaloka dan Teten Masduki menyusul dalam perolehan di urutan kedua dengan 28,91 persen.
Urutan keempat diisi oleh pasangan Irianto-Tatang, sementara Dikdik-Toyib menempati urutan buncit dalam perolehan suara. Irianto mendapatkan suara sebesar 12,28 persen, sedangkan Dikdik sebesar 1,74 persen.
Berita terkait, baca:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.