Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Timpakan Semua Kesalahan kepada Anas Urbaningrum

Kompas.com - 05/02/2013, 09:34 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum Partai Demokrat Carrel Ticualu menilai, tidak elok jika kesalahan yang mengakibatkan anjloknya elektabilitas Partai Demokrat ditumpukan kepada Ketua Umum DPP Demokrat Anas Urbaningrum. Ia yakin, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pendiri partai tidak akan membiarkan Anas lengser dari posisinya saat ini sehingga bisa menghancurkan Partai Demokrat.

"Sangat tidak elok apabila turunnya elektabilitas Partai Demokrat dibebankan tanggung jawabnya hanya kepada seorang Anas Urbaningrum," ujar Carrel, Selasa (5/2/2013), di Jakarta.

Berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), elektabilitas Partai Demokrat "terjun bebas" dengan hanya menyisakan 8,3 persen. Demokrat kalah jauh dari Partai Golkar (21,3 persen) dan PDI-Perjuangan (18,2 persen).

Merespons anjloknya dukungan publik, Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Jero Wacik meminta agar Susilo Bambang Yudhoyono segera mengambil langkah terkait perkembangan situasi partai itu. Jero menyebutkan, beragam kasus korupsi dan sering disebut-sebutnya nama Anas sebagai biang keladi anjloknya elektabilitas. Pada Pemilu 2009, suara Partai Demokrat adalah 20 persen. Meski mengaku tidak mendesak pemberhentian Anas, Jero menyebutkan, pilihan paling bagus adalah jika Anas Urbaningrum mundur dari jabatannya.

"Paling efektif harus ada orang berjiwa besar (mundur) untuk menyelamatkan partai, daripada partai begini," kata Jero, kemarin.

Menurut Carrel, pendapat Jero Wacik hanyalah pendapatnya pribadi dan tidak mewakili anggota Dewan Pembina lainnya. "Tidak semua anggota Dewan Pembina kayak begitu. Masih ada Ahmad Mubarok dan lain-lain," ujar Carrel.

"Kami sih masih positif saja dengan SBY, masa sih beliau tega menghancurkan anaknya dan partainya sendiri. Banyak elemen terkait yang membuat anjloknya Demokrat sebagai partai pemerintah yang kinerjanya juga menjadi sorotan, di antaranya kinerja para menteri dari Partai Demokrat," lanjut dia.

Carrel mengungkapkan, salah satu yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan Demokrat adalah meminta Komisi Pemberantasan Korupsi bekerja profesional dan memberikan batas waktu atas kasus-kasus yang sedang ditanganinya.

"Jangan seperti sekarang ini, kasus Hambalang tidak jelas mau sampai kapan bisa dituntaskan. Akibatnya, opini-opini dari para pengamat yang sok tau bahkan ditunggangi juga oleh kepentingan-kepentingan politik dibiarkan berkembang secara liar," kata Carrel.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Demokrat "Terjun" Bebas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

    Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

    Nasional
    Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

    Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

    Nasional
    Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

    Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

    Nasional
    Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

    Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

    Nasional
    Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

    Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

    Nasional
    Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

    Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

    Nasional
    Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

    Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

    Nasional
    Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

    Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

    Nasional
    Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

    Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

    Nasional
    Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

    Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

    Nasional
    PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

    PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

    Nasional
    KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

    KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

    Nasional
    Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

    Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

    Nasional
    Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

    Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

    Nasional
    Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

    Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com