Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Konspirasi Akan Kontraproduktif

Kompas.com - 04/02/2013, 10:10 WIB
Amir Sodikin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Publik yang melek politik dan hukum saat ini sudah tak bisa dianggap menerima saja setiap informasi atau penjelasan yang diberikan politikus Partai Keadilan Sejahtera dalam menjelaskan kasus dugaan suap kuota impor daging. Karena itu, pernyataan bahwa kasus yang melibatkan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq tersebut sebagai konspirasi justru memperburuk citra partai tersebut.

Di media sosial, tempat kita dengan mudah menemukan ribuan komentar dari para pengguna tanpa ditanya, teori konspirasi justru menjadi olok-olok tiada habisnya, yang membuat sentimen negatif terhadap PKS terus meningkat. ”Konspirasi Yahudi ya? Bhahaha dasar PKS,” begitu pengguna akun Rizkalovable berkomentar.

”Musuh imajiner selalu efektif untuk orang-orang bodoh,” kata pemilik akun Tiariaji. Teori konspirasi ini di sebuah situs web bahkan dianggap sebagai lelucon paling tidak lucu tahun ini.

Di sebuah forum, pengguna sampai bertaruh dan menargetkan jumlah komentar minimal 1.500 komentar hanya dalam satu malam. Semua komentar bernada olok-olok terhadap teori konspirasi PKS. ”Jangan patah semangat, ayo terus comment. Malam ini harus nyampe 1.500,” kata pengguna akun Dodool.

Pakar komunikasi politik Effendi Gazali, Sabtu (2/2), di Jakarta, mengatakan, pemilihan teori konspirasi untuk menjelaskan perkara yang sedang dihadapi PKS benar-benar tidak tepat. ”Konspirasi itu kalau semua yang terlibat, misalnya yang menerima uang, itu sama sekali berasal dari luar partai, misalnya orang asing yang disusupkan. Itu baru konspirasi.” katanya.

Namun, jika orang-orang itu masih berhubungan dengan lingkaran dalam partai, misalnya bernah bertemu atau telepon, hal itu jelas bukan konspirasi.

Karena teori konspirasi tak terjadi secara nyata, apalagi sampai menyeret konspirasi Amerika Serikat, bahkan Zionis, hal ini justru akan menjadi pukulan bagi PKS. ”Justru akan bersifat kontraproduktif bagi PKS,” ungkapnya.

Effendi mengatakan, pidato presiden baru PKS Anis Matta juga tak akan mampu menyembuhkan luka yang sudah ada karena ketika dikonfirmasi soal otoritas yang dikritik tidak bisa menunjukkan dengan jelas. Silat lidah yang dilakukan para politikus PKS seharusnya disudahi dan lebih baik PKS fokus menyerahkan perkara dugaan korupsi ini kepada penegak hukum.

Dengan cara seperti itu, kata Effendi, PKS akan lebih cepat diperbaiki daripada hanya memutar-mutar logika yang sudah tak bisa diterima akal sehat. ”Jauh lebih penting untuk membangun daya tahan internal partai dalam menghadapi realitas yang ada daripada mengungkapkan terori konspirasi,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi SP secara terpisah mengatakan, isu yang berkembang tentang kasus dugaan suap impor sapi yang melibatkan politikus PKS ini sudah melebar. ”Sangat tidak masuk akal jika dinyatakan ada yang melakukan konspirasi besar. Tidak ada indikator konspirasi,” ujar Johan. (amr/k11)

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Skandal Suap Impor Daging Sapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com