Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat Puisi, Taufiq Ismail Minta Kampanye 2014 Taati Lalu Lintas

Kompas.com - 14/01/2013, 19:05 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyair Taufiq Ismail membacakan puisi-puisinya di hadapan peserta Pemilu 2014 di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Senin (14/1/2013). Pria berusia 77 tahun itu banyak berpesan pada peserta Pemilu 2014.

Taufik dengan khidmat membacakan lima puisi. Salah satu, puisinya berjudul "Ketika Indonesia Dihormati Dunia" membuat peserta mengingat-ingat kembali pesta demokrasi pada 50 tahun lalu. Menurutnya saat itu adalah pemilihan umum yang jujur, adil, dan bersih. Sementara, setelah 16 tahun kemudian, Pemilu mempertontonkan aksi anarkis di jalan saat berkampanye.

"Bendera partai mereka kibarkan. Rasa bersaing yang sehat berubah menjadi rasa dendam dikobarkan. Kemudian diacungkan tinju, naiklah darah, lalu berkelahi dan berbunuhan. Anak bangsa tewas ratusan, mobil dan bangunan dibakar puluhan," ucapnya saat membacakan puisi tersebut.

Pada puisi yang dibuatnya tahun 2004 itu, Taufiq menggambarkan situasi pesta demokrasi saat itu. Massa pendukung parpol berkumpul dan bersikap melanggar aturan. Tidak seperti gambaran pesta demokrasi 50 tahun lalu.

"Anak bangsa muda-muda usia, satu-satu ketemu di jalan, mereka sopan-sopan. Tapi bila mereka sudah puluhan apalagi ratusan di lapangan, pawai keliling kota, berdiri di atap kendaraan, melanggar semua aturan. Di kepala terikat bandana, kaus oblong disablon, di tangan bendera berkibaran. Meneriak-neriakan tanda seru dalam sepuluh kalimat semboyan dan slogan. Berubah mereka menjadi beringas dan siap mengamuk, melakukan kekerasan. Batu berlayangan, api disulutkan, pentungan di ayunkan. Dalam huru-hara yang malahan mungkin, pesanan," ucapnya.

Seusai membacakan bait-bait puisinya, dengan suara lantang, Taufiq meminta para pimpinan parpol untuk bisa mengatur anak buahnya di jalanan.

"Anak buah kalian latih untuk tidak melanggar peraturan lalu lintas," tegasnya.

Calon Presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakri atau Ical pun langsung menimpali dengan suara keras.

"Siap!" ucapnya.

Berita terkait situasi politik jelang Pemilu 2014 dapat diikuti dalam topik:
Parpol Peserta Pemilu 2014
Geliat Politik Jelang 2014

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Nasional
    KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

    KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com