Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia 12 Calon Hakim Agung yang Lolos Seleksi KY

Kompas.com - 04/12/2012, 22:45 WIB
Nina Susilo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 12 nama calon hakim agung lolos dari seleksi yang diselenggarakan Komisi Yudisial, baik tes kemampuan, kesehatan, uji rekam jejak, penilaian pribadi, maupun wawancara. DPR akan memilih empat nama dari 12 kandidat ini.

"Sepanjang 26 sampai 29 November,  KY bersama dua pewawancara tamu sudah menyeleksi 19 calon hakim agung. Setelah (KY) pleno pukul 14.00 sampai 15.30 tadi (Selasa, 4/12/2012) dan mendiskusikan nilai-nilai para calon, diputuskan 12 nama akan disampaikan kepada DPR pada Rabu (5/12/2012) besok," tutur Ketua KY Eman Suparman, Selasa (4/12/2012) di Jakarta.

Dari 12 calon itu, DPR akan memilih empat hakim agung untuk mengisi jabatan hakim agung yang pensiun pada Desember 2012. KY harus menyiapkan tiga calon untuk mengisi satu posisi hakim agung yang kosong. Adapun keempat hakim agung itu terdiri atas satu orang di Kamar Perdata, dua orang di Kamar Pidana, dan satu orang di Kamar Tata Usaha Negara.

"Mudah-mudahan pilihan DPR sama dengan pilihan KY," kata Eman. Namun, daftar nama disampaikan berdasarkan abjad, bukan ranking. Hal ini dilakukan supaya DPR tidak merasa didikte KY dalam menjalankan hak politiknya.

Nama calon hakim agung dengan spesialisasi Tata Usaha Negara adalah Irfan Fachruddin yang saat ini menjabat Hakim Tinggi PTTUN Jakarta dan Is Sudaryono, Kepala PTTUN Medan.

Hakim-hakim pidana yang lolos seleksi calon hakim agung adalah M Jusran Thawab, Hakim Tinggi PT Jakarta; Margono, Hakim PT Makassar; Nommy HT Siahaan, Kepala PT Pekanbaru; Sri Muryanto, Hakim Tinggi PT Mataram; Suharjono, Hakim Tinggi PT Makassar; Sumardijatmo, Hakim Tinggi PT Pekanbaru; Tumpak Situmorang, Hakim Tinggi PT Jambi; dan Prof Waty Suwarty, Guru Besar Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta.

Adapun hakim perdata yang lolos seleksi adalah Hamdi H, Hakim Tinggi PT Yogyakarta; dan Yakup Ginting, Hakim Tinggi PT Banjarmasin.

Jumlah calon hakim agung yang dianggap memenuhi syarat dan diajukan ke DPR, menurut Eman, tidak dipaksakan. Semestinya KY mengirimkan 15 nama. Ini untuk memenuhi kekurangan pada seleksi sebelum ini. Saat itu, KY masih kurang tiga nama yang dianggap berintegritas dan memiliki kompetensi tinggi untuk dipilih satu oleh DPR.

Dari 12 nama tersebut, sebagian besar sudah pernah mengikuti seleksi calon hakim agung dan gagal. Malah Nommy sudah empat kali mencoba, sedangkan Is Sudaryono dua kali.

Ketua Bidang Rekrutmen dan Peningkatan Kapasitas Hakim KY Taufiqurrahman Syahuri menegaskan, kegagalan para calon di seleksi sebelum ini terkait kesehatan dan kompetensi saja. Bila kegagalan akibat catatan perilaku yang kurang baik, KY jelas tidak akan meloloskannya.

Eman menambahkan, KY sudah sungguh-sungguh menelusuri rekam jejak para calon. Namun, ini adalah keputusan fotografik dan KY tidak bisa menjamin kemungkinan adanya hakim agung seperti Achmad Yamanie, hakim agung yang dinilai bertindak tidak profesional karena diduga memalsukan putusan peninjauan kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com