Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/11/2012, 20:05 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mencari bukti hukum dugaan pemerasan yang terjadi di perusahaan-perusahaan negara yang diadukan Dahlan ke BK. Pasalnya, BK hingga saat ini hanya menemukan bukti pelanggaran etika.

"Sampai sejauh ini, BK hanya menemukan bukti-bukti etika, seperti adanya rapat-rapat di luar, melakukan inisiasi rapat sendiri berkali-kali, tetapi ini semua tanpa bukti hukum. Namun, secara etika, ini bisa kami simpulkan," ujar Ketua BK, M Prakosa, Selasa (27/11/2012), di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Oleh karena itu, Prakosa mengatakan, dia sempat meminta langsung kepada Dahlan Iskan untuk mencari bukti hukum saat dimintai keterangannya di BK beberapa waktu. Prakosa menuturkan dia menjelaskan ke Dahlan bahwa laporan mantan Direktur Utama PT PLN itu harus menjadi momentum bersama dalam rangka perbaikan kinerja penyelenggara negara.

Prakosa pun mengaku meminta Dahlan untuk menelusuri dugaan pemerasan yang diinisiasi dari pihak BUMN. Pasalnya, ada anggota dewan yang mengaku melakukan pertemuan berkali-kali dengan direksi BUMN di luar agenda resmi dan di luar DPR.

"Kami diminta seorang anggota dewan untuk menelusuri anggota dewan yang sudah melanggar etika. Dia (anggota dewan) memberi (upeti), katanya, tetapi kan belum pasti memberi atau tidak. Makanya, kami meminta Dahlan menelusuri di internalnya," ucap Prakosa.

Menurut Prakosa, kekuatan Dahlan dalam mencari bukti hukum, seperti rekaman, bukti transfer, hingga foto bisa lebih mudah dilakukan dibandingkan BK. "Beliau kan atasannya BUMN yang punya kewenangan untuk menelusuri itu. Misalkan, Dirut Merpati yang mungkin punya inisiasi tetapi tidak bisa dijerat BK," imbuh Prakosa.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik Dahlan Iskan Versus DPR

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    28th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

    Terkini Lainnya

    Pagi Hari di IKN, Jokowi Ajak Para Menteri Lihat Pemandangan hingga Sarapan Bersama

    Pagi Hari di IKN, Jokowi Ajak Para Menteri Lihat Pemandangan hingga Sarapan Bersama

    Nasional
    Agenda Media, Program Bakal Capres, dan Respons Netizen

    Agenda Media, Program Bakal Capres, dan Respons Netizen

    Nasional
    Ungkap Alasan Fasilitasi Perwira TNI Temui Tahanan, Wakil Ketua KPK: Kondisinya Tak Normal

    Ungkap Alasan Fasilitasi Perwira TNI Temui Tahanan, Wakil Ketua KPK: Kondisinya Tak Normal

    Nasional
    Bawaslu Rilis Indeks Kerawanan Netralitas ASN, 10 Provinsi Ini Paling Rawan

    Bawaslu Rilis Indeks Kerawanan Netralitas ASN, 10 Provinsi Ini Paling Rawan

    Nasional
    Fenomena 'Bercyandya': Dari Bromo, MA, Demokrat, dan Kaesang

    Fenomena "Bercyandya": Dari Bromo, MA, Demokrat, dan Kaesang

    Nasional
    Minta Pembangunan Infrastruktur IKN Dipercepat, Jokowi: Kita Dikejar Investor

    Minta Pembangunan Infrastruktur IKN Dipercepat, Jokowi: Kita Dikejar Investor

    Nasional
    Pilkada 2024 Dipercepat, Ide 'Coba-coba' Pemerintah Tanpa Situasi Genting

    Pilkada 2024 Dipercepat, Ide "Coba-coba" Pemerintah Tanpa Situasi Genting

    Nasional
    Hari Kedua di IKN, Jokowi Akan Tinjau Pembangunan Kantor Presiden

    Hari Kedua di IKN, Jokowi Akan Tinjau Pembangunan Kantor Presiden

    Nasional
    Bawaslu Ungkap Sebab dan Motif ASN Kerap Tak Netral dalam Pemilu, Apa Saja?

    Bawaslu Ungkap Sebab dan Motif ASN Kerap Tak Netral dalam Pemilu, Apa Saja?

    Nasional
    Data Intelijen Jokowi, Kritik BRIN, dan Sinyal Kerenggangan dengan Megawati

    Data Intelijen Jokowi, Kritik BRIN, dan Sinyal Kerenggangan dengan Megawati

    Nasional
    BRIN Sebut Jokowi Melanggar Demokrasi Jika Parpol Jadi Target Intelijen

    BRIN Sebut Jokowi Melanggar Demokrasi Jika Parpol Jadi Target Intelijen

    Nasional
    BRIN Sebut Relasi Presiden-Intelijen Masih Penuh Problematika

    BRIN Sebut Relasi Presiden-Intelijen Masih Penuh Problematika

    Nasional
    Fasilitasi Perwira TNI Bertemu Tahanan Korupsi, Wakil Ketua KPK: Saya Dipecat Enggak Masalah

    Fasilitasi Perwira TNI Bertemu Tahanan Korupsi, Wakil Ketua KPK: Saya Dipecat Enggak Masalah

    Nasional
    Jokowi Pegang 'Rahasia Dapur' Parpol, BRIN: Menciptakan 'Politic of Fear'

    Jokowi Pegang "Rahasia Dapur" Parpol, BRIN: Menciptakan "Politic of Fear"

    Nasional
    Jokowi Dinilai Lakukan Intelijen Politik saat Kantongi 'Rahasia' Parpol

    Jokowi Dinilai Lakukan Intelijen Politik saat Kantongi "Rahasia" Parpol

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com