Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Promosi Azirwan, Tamparan Keras Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 17/10/2012, 19:54 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Promosi jabatan mantan narapidana korupsi Azirwan dinilai penggiat anti korupsi sebagai tamparan keras yang ditujukan kepada kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebab, pengangkatan Azirwan sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan pada Maret silam menciderai perang melawan korupsi yang didengungkan pemerintah.

"Ini adalah tamparan buat KPK juga. Azirwan akan bilang, hey KPK, kamu bisa menahan saya tapi saya bisa mendapatkan jabatan yang tinggi," kata penggiat anti korupsi dan tokoh masyarakat Romo Benny dalam diskusi di kantor ICW, Jakarta, Rabu (17/10/2012).

Romo Benny mengatakan, promosi jabatan Azirwan membuktikan seolah-olah mantan narapidana korupsi mendapatkan keistmewaan. Menurutnya hal itu menyalahi etika penegakan hukum. "Di negeri ini koruptor yang mendapatkan kenaikan jabatan. Sebenarnya kalau kita mau jujur, republik ini seolah membenarkan korupsi," tambahnya.

Ia mengungkapkan, Presiden harus mengambil langkah atas promosi Azirwan tersebut. Sebab, bawahan Presiden telah menegaskan bahwa pejabat yang korup tidak memiliki etika yang baik dalam mengemban amanat.

Sementara itu, Pjs Biro Hukum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Anatomi Mulyawan mengatakan, secara moral kenaikan jabatan Azirwan memperlihatkan tidak adanya kesamaan persepsi antarpenyelenggara negara dalam upaya pemberantasan korupsi.

"Itu (promosi jabatan Azirwan) belum adanya semangat yang sama dari penegak hukum dengan pejabat pembina kepegawaian dalam hal pemberantasan korupsi," kata Anatomi.

Ia mengatakan Azirwan selayaknya diberhentikan dari status PNS. Azirwan layak diberhentikan secara tidak hormat karena terbukti melalukan pelanggaran disiplin PNS dengan melakukan korupsi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan vonis bersalah Azirwan yang berkekuatan hukum tetap.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik "Bekas Koruptor Jadi Pejabat"

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

    Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

    Nasional
    Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

    Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

    Nasional
    KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

    KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

    Nasional
    195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

    195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

    Nasional
    Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

    Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

    Nasional
    Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

    Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

    Nasional
    Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

    Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

    Nasional
    Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

    Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

    Nasional
    Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

    Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

    Nasional
    PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

    PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

    Nasional
    Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

    Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Nasional
    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

    Nasional
    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    Nasional
    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com