Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menatap Masa Depan TNI

Kompas.com - 05/10/2012, 08:25 WIB
Oleh Agus Harimurti Yudhoyono

Saya melihat semangat dan harapan di mata generasi muda TNI, Polri, dan mahasiswa yang memadati Gedung AH Nasution, Akademi Militer, Magelang, Jumat (21/9). Tampak ada keinginan kuat untuk bersama-sama membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

Ini berbeda dengan ketika saya menjadi taruna, berbarengan dengan angin reformasi yang bertiup kencang saat itu. Hujatan dan cercaan terhadap TNI disuarakan lantang oleh para mahasiswa, bahkan di depan gerbang Akademi Militer (Akmil).

Oleh karena itu, memenuhi undangan Gubernur Akmil untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada para taruna dan mahasiswa memberi arti tersendiri. Setelah lebih dari satu dekade ikut mengawal reformasi TNI, tak berlebihan bila kini generasi muda TNI juga melakukan refleksi diri.

Bagi kami, yang masuk Akmil pada era Orde Baru—saat kekuatan tentara begitu luar biasa— sungguh tak menyangka kelak institusi TNI dihujat oleh rakyatnya sendiri. Seragam yang menjadi identitas kami terpaksa dilipat dan masuk ke dalam tas untuk menghindari aksi sweeping kelompok anarkis di jalan raya. Kebanggaan yang menjadi modal dasar militer sempat pudar. Sungguh sedih, dilantik di istana sebagai perwira tetapi seolah tak diharapkan masyarakat.

Tuntutan reformasi yang begitu kuat direspons positif melalui kebijakan dan langkah-langkah konstruktif oleh para pemimpin TNI saat itu. Politik praktis yang menjadi bagian dari dwifungsi ABRI dan mendapatkan banyak sorotan karena dampak eksesif yang ditimbulkan ditinggalkan sebelum jatuh tempo. Keberadaan TNI di lembaga legislatif (Fraksi TNI/Polri) yang seharusnya berakhir pada 2009 ditinggalkan TNI pada 2004.

Selain itu, TNI yang pada masa lalu sering dicap sebagai pelanggar HAM mampu melepas citra buruk itu melalui proses penyelesaian konflik di beberapa wilayah, seperti halnya Aceh. Pada akhir 2005, TNI non-organik berhasil menarik diri dan menjadikan Aceh wilayah yang aman dan damai. Di dunia internasional, peran aktif TNI memelihara perdamaian semakin mendapat tempat karena disiplin, semangat, dan kinerjanya.

Hal ini patut diapresiasi sebagai hasil perjuangan para senior TNI yang sungguh-sungguh berupaya mentransformasikan TNI sesuai tuntutan reformasi. Langkah-langkah konkret itu membuat generasi muda TNI optimistis mengawal Indonesia menjadi negara maju.

Tantangan

Jalan reformasi memang tidak mudah. Sulit dimungkiri, dalam proses transformasi yang melibatkan banyak aspek, terjadi deviasi yang tak jarang mencederai upaya optimal reformasi TNI. Beberapa kasus kekerasan yang melibatkan TNI sedikit banyak memengaruhi citra TNI yang sudah semakin baik.

Harus diakui, masih ada peristiwa yang melukai hati masyarakat yang dilakukan oleh sekelompok oknum prajurit, baik disengaja maupun tidak, yang berdampak buruk bagi TNI. Pelanggaran dan penyimpangan ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah ketidakmampuan mengikuti proses transformasi TNI, yang tidak hanya melibatkan aspek institusi tetapi juga aspek kognitif dan afektif prajurit.

Untuk mengakselerasi proses transformasi itu, TNI menerjunkan generasi mudanya, yang berbeda 10 tahun dengan taruna, ke kampus-kampus Akademi TNI. Mereka memberikan gambaran yang kontekstual tentang situasi, kondisi, dan harapan ke depan sehingga lahir para perwira yang tidak hanya memahami pertahanan tetapi juga dunia global sebagai kunci pengembangan kualitas diri selanjutnya. Koreksi dan evaluasi internal perlu terus dilakukan karena terbukti berhasil mengantarkan TNI menjadi harapan bangsa dan negara.

Harapan

Kini tanggung jawab masa depan TNI ada di tangan generasi muda. Citra positif TNI yang telah dibangun para senior akan lebih bermakna apabila dilanjutkan secara konsisten oleh prajurit di lapangan, baik dalam konteks latihan maupun penugasan operasi. Kita benar-benar ingin menuju militer yang semakin profesional, modern, dan menentukan sehingga memiliki daya tangkal menghadapi ancaman dan tantangan keamanan negara yang semakin kompleks.

Oleh karena itu, TNI harus dapat mengatasi ketertinggalannya untuk menjadi kekuatan pertahanan yang dihormati kawan dan disegani lawan. Bagaimanapun, aspek hard power amatlah penting bagi sebuah negara dalam politik internasional. Kita optimistis, dengan semakin kuatnya ekonomi Indonesia dewasa ini, negara dapat mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk belanja dan modernisasi militer. Sudah saatnya kita melihat lebih banyak jet tempur mengudara, kekuatan armada laut yang perkasa, dan sistem persenjataan pertempuran darat yang berteknologi tinggi. Semua untuk menjaga kedaulatan NKRI.

Namun, kemajuan alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus dengan dibarengi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mengawakinya. Introduksi teknologi dan senjata baru akan mengubah cara bertempur kita. Hal ini tentu mensyaratkan sejumlah pembaruan terhadap doktrin dan strategi militer.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Brigjen (Purn) Achmadi Terpilih Jadi Ketua LPSK Periode 2024-2029

    Brigjen (Purn) Achmadi Terpilih Jadi Ketua LPSK Periode 2024-2029

    Nasional
    JK Bingung Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bisa Jadi Terdakwa Korupsi

    JK Bingung Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bisa Jadi Terdakwa Korupsi

    Nasional
    Jadi Saksi Karen Agustiawan, JK: Kalau Perusahaan Rugi Direkturnya Harus Dihukum, Semua BUMN Juga Dihukum

    Jadi Saksi Karen Agustiawan, JK: Kalau Perusahaan Rugi Direkturnya Harus Dihukum, Semua BUMN Juga Dihukum

    Nasional
    Terseret Kasus Gubernur Maluku Utara, Pengusaha Muhaimin Syarif Punya Usaha Tambang

    Terseret Kasus Gubernur Maluku Utara, Pengusaha Muhaimin Syarif Punya Usaha Tambang

    Nasional
    Bertemu Khofifah, Golkar Bahas Pilkada Jatim, Termasuk soal Emil Dardak

    Bertemu Khofifah, Golkar Bahas Pilkada Jatim, Termasuk soal Emil Dardak

    Nasional
    Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

    Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

    Nasional
    Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta 'Reimburse' Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

    Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta "Reimburse" Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

    Nasional
    KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

    KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

    Nasional
    Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

    Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

    Nasional
    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Nasional
    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Nasional
    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    Nasional
    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Nasional
    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Nasional
    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com