Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahd: Tidak Ada Keterkaitan Priyo dengan Kasus DPID

Kompas.com - 25/09/2012, 21:49 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tersangka kasus dugaan suap Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID), Fahd El Fouz atau Fahd A Rafiq membantah keterlibatan pimpinan DPR asal Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso dalam kasusnya. Hal ini disampaikan Fahd menanggapi keterangan terdakwa kasus DPID, Wa Ode Nurhayati yang mengatakan dalam persidangan bahwa dia mengembalikan uang Rp 4 miliar ke Fahd demi menghormati Priyo.

"Tidak ada keterkaitannya soal DPID dengan Pak Priyo sama sekali. Saya sama Pak Priyo, Pak Priyo itu ketua umum MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong), saya Ketua Umum Gema (Generasi Muda) MKGR," kata Fahd di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (25/9/2012), seusai menjalani pemeriksaan.

Meskipun mengakui kedekatannya dengan Priyo, Fahd membantah disebut Wa Ode sebagai staf Priyo di DPR. Justru, menurut Fahd, Haris Surahman lah yang menjadi staf ahli anggota DPR asal Fraksi Partai Golkar. Namun, katanya, Haris juga bukan staf kusus Priyo.

"Staf ahli adalah Haris, dia terima uang dari DPR gajinya setiap bulan. Saya bukan staf ahli, bukan staf khusus, saya tidak terima gaji," ungkap Fahd.

Anak pedangdut A Rafiq itu juga mengaku memberi uang Rp 6 miliar ke Wa Ode melalui Haris. Fahd juga mengaku memberikan uang Rp 500 ribu sebagai jatah untuk Haris.

"Jadi total 6,5 miliar," ungkapnya.

Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor hari ini, Wa Ode mengungkapkan kalau dia terpaksa mengembalikan uang ke Fahd. Wa Ode mengaku diminta fraksinya untuk mengembalikan uang tersebut demi menghormati pimpinan DPR dari Fraksi Partai Golkar Priyo Budi Santoso.

"Terkait pengembalian, saya hanya atas nama menghormati karena bahasa dari fraksi dan DPP itu, kita ini menghormati Pak Priyo, enggak enak karena ini staf khsusnya," kata Wa Ode di Pengadilan Tipikor menirukan perkataan rekan separtainya saat itu.

Menurut Wa Ode, dirinya diminta Fahd untuk mengembalikan Rp 4 miliar padahal uang yang diterima Wa Ode dari Fahd melalui Haris hanya Rp 2,5 miliar. Uang senilai Rp 2,5 miliar itupun, menurut Wa Ode sudah dikembalikannya ke Haris.

Dijelaskan Wa Ode, dalam pertemuan Fraksi PAN itu, rekan separtainya, Hafiz Tohir menyarankan agar mengembalikan uang sesuai dengan permintaan Fahd karena pengusaha muda itu adalah staf khusu Priyo. Saran itu disampaikan Hafiz setelah dia ditelepon oleh Priyo yang menanyakan soal uang setoran Fahd yang tidak dikembalikan Wa Ode.

"Dibilang 'sudah lah de, demi masa depan kamu, karena ini juga stafnya wakil ketua, kembalikan'," tutur Wa Ode menirukan perkataan Hafiz saat itu.

Dalam kasus dugaan suap ini, Wa Ode didakwa menerima uang Rp 6,25 miliar dari Fahd dan dua pengusaha lainnya, yakni Paul Nelwan dan Abram Noch Mambu. Uang tersebut diduga diberikan melalui Haris Surahman.

Menurut jaksa KPK, pemberian uang ke Wa Ode itu terkait kepengurusan alokasi anggaran DPID untuk tiga kabupaten di Aceh dan kabupaten Minahasa. Karena proyek yang dipesannya ke Wa Ode tidak masuk dalam daftar penerima DPID, Fahd pun meminta uang yang sudah diserahkannya melalui Haris itu dikembalikan Wa Ode. Dalam kasus ini, KPK sudah menetapkan Fahd sebagai tersangak pemberi suap sementara Haris masih berstatus saksi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang 'Sapi Perah'

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang "Sapi Perah"

Nasional
Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Nasional
Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis 'Maksiat': Makan, Istirahat, Sholat

Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis "Maksiat": Makan, Istirahat, Sholat

Nasional
Ditanya Kans Anies-Ahok Duet di Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Ditanya Kans Anies-Ahok Duet di Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Nasional
Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Nasional
Resmikan Tambak BINS, Jokowi: Ini Langkah Tepat Jawab Permintaan Ikan Nila yang Tinggi

Resmikan Tambak BINS, Jokowi: Ini Langkah Tepat Jawab Permintaan Ikan Nila yang Tinggi

Nasional
Terus Berpolitik, Ganjar Akan Bantu Kader PDI-P yang Ingin Maju Pilkada

Terus Berpolitik, Ganjar Akan Bantu Kader PDI-P yang Ingin Maju Pilkada

Nasional
Kentalnya Aroma Politik di Balik Wacana Penambahan Kementerian di Kabinet Prabowo-Gibran

Kentalnya Aroma Politik di Balik Wacana Penambahan Kementerian di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Pejabat Kementan Patungan untuk Gaji Pembantu SYL di Makassar Rp 35 Juta

Pejabat Kementan Patungan untuk Gaji Pembantu SYL di Makassar Rp 35 Juta

Nasional
Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

Nasional
Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Nasional
Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Nasional
Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Nasional
PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara 'Gaib' di Bengkulu

PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara "Gaib" di Bengkulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com