Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Jangan Jadi Persewaan Mobil

Kompas.com - 25/09/2012, 09:15 WIB

Menurut sosiolog Tamrin Amal Tomagola, sekarang ini rakyat memimpikan ada pemimpin yang mendatangi dan menempatkan diri sama tinggi dengan masyarakat.

”Tetapi mulai dari mana? Itu yang sepertinya belum juga terjawab setelah lebih dari satu dasawarsa pasca-Reformasi. Ketika ada figur yang dinilai bisa mewujudkan impian itu, warga pun berupaya mengangkatnya menjadi pemimpin,” kata Tamrin.

Lihat saja, sebagian warga Jakarta rela membeli baju motif kotak-kotak dan uang hasil penjualan baju disumbangkan untuk dana kampanye Jokowi-Ahok.

Dilihat dari dinamika sosialnya, warga kelas bawah dan menengah di Jakarta ini jumlahnya berimbang. Di sisi lain, kelas bawah merasa ditipu oleh janji-janji para politisi.

”Katanya mau disejahterakan, ternyata tidak ada program pembangunan yang jelas bagi mereka. Dengan alasan masing-masing, kelas menengah dan bawah kini berupaya menentukan nasib mereka sendiri. Mereka tak bisa dipermainkan lagi dengan isu SARA karena tahu akar masalahnya,” katanya.

Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga Hotman M Siahaan menambahkan, masyarakat ingin pemimpin yang merupakan representasi rakyat itu sendiri, yaitu sosok yang santun, sederhana, dan tidak korup. Fenomena Pilkada DKI Jakarta menjadi bentuk sikap perlawanan atau pembelotan rakyat terhadap dominasi elite politik. ”Sebuah kematangan berpolitik tanpa kaos,” katanya.

Figur yang memikat hati rakyat dan gebrakan upaya warga terbebas dari pengaruh elite politik ini, diyakini Tamrin, bakal mengilhami daerah lain di Indonesia, khususnya di kota-kota besar.

Namun, Hotman meragukan gaung Pilkada DKI Jakarta akan berdampak terhadap pemilihan kepala daerah lain. Menurut dia, Pilkada DKI menjadi perkara nasional karena menyangkut status Jakarta sebagai ibu kota negara.

”Warga Ibu Kota itu heterogenitas dan tingkat rasionalitasnya tinggi. Di daerah kondisinya berbeda, justru kebalikannya dan sebagian besar masih homogen,” kata Hotman.

Mencermati proses Pilkada DKI, Hotman mengatakan, ada beberapa hal yang wajib dilakukan calon pemimpin daerah ataupun presiden.

”Pertama, pemimpin harus berkontribusi nyata menjamin rasa aman dalam kehidupan sesama manusia. Hal ini bisa mencakup penanggulangan kejahatan, macet, banjir, dan problem lainnya,” kata Hotman.

Sementara itu, dari Solo, Wali Kota Solo Jokowi menyampaikan, Pemerintah Kota Solo telah membangun sistem yang menjamin kebijakan yang ada tetap berjalan. Dengan begitu, siapa pun pemimpinnya, kebijakan-kebijakan penting itu akan tetap berjalan, seperti program jaminan kesehatan dan jaminan pendidikan.

”Fondasi sistem sudah dibangun, tahapan rencana pembangunan juga sudah ada. Tinggal menyelesaikan saja. Hanya gaya kepemimpinan saja nanti yang beda. Coba saja diamati setelah saya, tidak akan berubah, hanya beda gaya saja,” kata Jokowi di rumah dinas Wali Kota Solo, Loji Gandrung.

Jokowi saat ini juga sudah mempersiapkan persyaratan administrasi sambil menunggu pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta dan kemungkinan munculnya gugatan hasil pilkada melalui Mahkamah Konstitusi.

Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, dalam kaitan penghitungan manual hasil pilkada, integritas KPU DKI Jakarta dan Panitia Pengawas Pemilu benar-benar diuji.

”Pasangan calon jangan abai terhadap proses penghitungan suara karena, secara perundang-undangan, yang diakui adalah penghitungan manual, bukan hitung cepat,” kata Titi.

(NTA/NEL/BAY/EKI/IAM/LOK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com