Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Mega dan Prabowo Harus Kerja Keras di 2014

Kompas.com - 24/09/2012, 18:48 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow berpendapat bahwa keunggulan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam hitung cepat Pilkada DKI Jakarta merupakan hasil kemenangan figur dan koalisi warga Jakarta. Hasil itu tidak akan berpengaruh signifikan bagi warga untuk memilih Prabowo Subianto atau Megawati Soekarnoputri dalam Pemilihan Presiden 2014.

"Megawati dan Prabowo dalam Pilpres 2014 nanti tetap harus bekerja keras. Kemenangan Jokowi-Ahok di Pemilukada DKI Jakarta lebih karena figur mereka yang memang populer di kalangan pemilih. Mereka menang bukan karena sosok Megawati ataupun Prabowo," kata Jeirry di Maarif Institute, Tebet, Jakarta, Senin (24/9/2012).

Jeirry menjelaskan, jika Partai Gerindra dan PDI-P tidak mengusung figur Jokowi dan Basuki atau Ahok, maka hasil Pilkada DKI Jakarta sekarang dapat berkata lain. Dia menyebutkan, Jokowi dan Basuki adalah figur alternatif yang akhirnya dapat bersinar di kancah perpolitikan nasional. Ia berpendapat bahwa warga akan cenderung memilih Jokowi dan Basuki sebagai calon presiden dan wakil presiden daripada Prabowo dan Megawati di Pemilihan Umum 2014.

"Kalau di 2014 nanti Prabowo yang maju (sebagai capres), maka dia harus berusaha lebih keras lagi. Hal itu karena setiap pemilih mempertimbangkan sisi negatif maupun positif dalam diri Prabowo. Itu berlaku juga pada diri Megawati," ujarnya.

Menurut Jeirry, kemenangan Jokowi dan Basuki dalam Pilkada DKI Jakarta sedikit banyak menguntungkan dua partai yang mencalonkan mereka. Hal tersebut dapat menjadi jalan alternatif dalam mengenalkan Prabowo dan Megawati di kalangan warga DKI Jakarta. Namun, Jeirry tidak dapat menjamin kesuksesan jalan alternatif tersebut karena figur Jokowi dan Basuki tetap lebih populer di hati penyumbang suara di pemilihan umum.

"Figur Jokowi bisa saja lebih disukai pemilih di 2014 nanti kalau ada arah politik ke sana. Bukan figur Prabowo atau Mega, melainkan Jokowi," katanya.

Sebelumnya, Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyampaikan hasil survei prapilkada dan exit poll putaran kedua yang menunjukkan bahwa, jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, maka sebanyak 19,1 persen responden memilih Prabowo. Adapun 10,1 persen lainnya memilih Megawati sebagai capres.

Nama lain yang ada dalam jajak pendapat itu adalah capres yang diusung Partai Golkar, Aburizal Bakrie, yang mendapat dukungan 7 persen responden. Tokoh nasional lainnya, seperti Hatta Rajasa dan Anas Urbaningrum, hanya meraih dukungan di bawah angka 7 persen.

Yang menarik dari survei itu adalah, dari sejumlah pemilih Jokowi-Basuki, sebanyak 25 persen di antaranya memilih Prabowo dan hanya 13 persen memilih Megawati sebagai presiden pada Pemilu 2014. Sementara itu, dari pemilih Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, sebanyak 13 persen memilih Prabowo dan hanya 8 persen yang memilih Megawati.

Menurut penelitian ini, secara umum pemilih pasangan Jokowi-Basuki lebih berhubungan dengan pemilih Prabowo dibandingkan dengan pemilih Megawati. Pilkada DKI Jakarta dan hasilnya lebih memperkuat Prabowo di tingkat massa pemilih dibandingkan dengan Megawati.

"Ini merupakan fakta baru sebab tidak pernah terjadi dalam survei nasional maupun pilkada di daerah lain, pendukung Prabowo jauh lebih besar dari pemilih Megawati ketika simulasi dilakukan secara terbuka," kata CEO SMRC Grace Natalie saat mempresentasikan hasil survei SMRC di Morrissey Serviced Apartment Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (23/9/2012).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com