Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergulatan Nilai Calon "Pengantin" ...

Kompas.com - 12/09/2012, 17:04 WIB

KOMPAS.com - M Thorik (28) tiba-tiba mencuat. Nama itu muncul setelah rumah yang ditinggalinya di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (5/9), keluar asap, dan jadi perhatian warga.

Setelah rumah itu dicek, didapati sejumlah bahan peledak, paku, detonator, dan lembaran kertas petunjuk pembuatan bom. Sejak saat itu, Thorik kabur dan dicari polisi antiteror.

Sabtu (8/9/2012) malam terjadi ledakan di sebuah rumah di Beji, Depok. Ledakan diduga terkait temuan bahan peledak di Tambora. Minggu (9/9/2012) petang, Thorik menyerahkan diri di Kepolisian Sektor Tambora. Penyerahan diri Thorik dipastikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar.

Dari hasil pemeriksaan sementara diketahui Thoriq juga seorang calon ”pengantin” atau calon pelaku bom bunuh diri. Menurut Boy, Thorik sudah merencanakan melakukan aksi bom bunuh diri di empat tempat, Senin lalu. Empat tempat itu adalah Markas Komando Brimob, pos polisi di Salemba, kantor Detasemen Khusus Anti Teror 88 di Jakarta, dan komunitas Buddha yang dikaitkan dengan konflik di Myanmar.

Pertanyaan kemudian muncul mendapati seorang calon ”pengantin” yang umumnya memiliki ideologi radikal menyerahkan diri. Boy menepis penyerahan Thorik sebagai rekayasa. Menurut dia, penyerahan diri itu berjalan alamiah dan merupakan kehendak Tuhan.

Akan tetapi, alasan penyerahan diri Thoriq tetap jadi pertanyaan besar. Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Brigjen (Pol) Petrus Golose menjelaskan, Thorik mau menyerahkan diri karena ingat dengan anaknya, Gabriel (3), istri, Sri Haryati (28), dan orangtuanya, Ibu Iyot (60).

”Dia kangen dengan anaknya ketika ingin pergi (berjihad dengan melakukan bom bunuh diri),” kata Golose.

Dalam surat wasiat, Thorik mengungkapkan kerinduan pada keluarga. Kerinduan itu membuat Thorik menyerahkan diri. Selain itu, penyerahan diri itu terkait belum matangnya doktrin terorisme yang diperolehnya. ”Dari proses penyebaran ideologi jihad, Thorik belum matang,” kata Golose.

Ketokohan atau figur yang memberikan paham radikal kepada Thorik juga tidak seperti ketokohan dalam kasus-kasus sebelumnya. Dengan belum matangnya paham radikal yang tertanam, Thorik bisa membatalkan niatnya.

Gejala baru

Menurut Golose, penyerahan diri teroris merupakan gejala baru dan dapat menjadi pelajaran berharga. Dalam program deradikalisasi, perlu disengagement, yaitu memutus mata rantai paham radikal dengan ajaran, paham, atau ideologi yang benar.

Thorik masih mampu membedakan mana yang benar dan salah berdasarkan nuraninya yang belum sepenuhnya mati.

Staf pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Mudji Soetrisno SJ, menjelaskan, orang-orang seperti Thorik sebenarnya mengalami split personality atau kepribadian yang retak. ”Thorik merupakan korban situasi masyarakat karena kekosongan nilai dan kemiskinan,” kata Mudji.

Dalam pergulatan eksistensial, Thorik dihadapkan pada pergulatan konflik nilai, menjadi ”pengantin” yang dianggap sebagai perjuangan hidup atau menjadi kepala keluarga yang baik bagi anak dan istri, termasuk orangtua.

Dalam pergulatan itu, Thorik mampu merelatifkan nilai atau paham radikal yang memengaruhinya. Dengan rasionalitas dan nurani, Thorik dapat membedakan atau menemukan nilai hidup yang lebih bermakna untuk hidup (raison d’etre).

Menurut Mudji, bukan hanya Thoriq yang mengalami krisis nilai. Banyak kalangan masyarakat yang mengalaminya karena kemiskinan, teralienasi, tidak terperhatikan, atau merasa tidak ”dimanusiakan”.

Dalam program deradikalisasi yang sedang digagas lebih utuh, tugas pemerintah pada akhirnya adalah menyejahterakan masyarakat. Pemerintah juga perlu terus berjuang bersama berbagai elemen masyarakat menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang menjadi dasar kehidupan berbangsa yang diperjuangkan bapak bangsa ”setengah mati”, yaitu Pancasila.

Jika negara gagal menyejahterakan rakyat, tidak heran jika individu atau kelompok warga mencari alternatif.

Banyak nilai kini hadir dan ditawarkan sebagai alternatif untuk mengisi kekosongan nilai hidup warga di tengah keterasingan dan kesejahteraan yang belum tergapai. (Ferry Santoso)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

    Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

    Nasional
    Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

    Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

    Nasional
    Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

    Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

    Nasional
    Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

    Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

    Nasional
    Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

    Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

    Nasional
    PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

    PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

    Nasional
    PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

    PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

    Nasional
    Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

    Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

    Nasional
    Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

    Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

    Nasional
    Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

    Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

    Nasional
    Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

    Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

    Nasional
    Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

    Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

    Nasional
    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Nasional
    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Nasional
    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com