Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumbu Konflik Myanmar

Kompas.com - 23/08/2012, 08:44 WIB

Di sinilah urgensinya, mengapa kita harus menahan diri untuk tidak terburu-buru bereaksi dan menyikapi konflik komunal di Myanmar sebagai konflik agama. Penilaian tergesa-gesa bukan menyelesaikan soal, malah acap kali justru menambah runyam.

Untuk penyelesaian jangka panjang, Pemerintah Myanmar harus menerima kenyataan: etnis Rohingya yang berasal dari etnis Bengali (Banglades) adalah warga negara Myanmar yang memiliki status yuridis, sama dengan etnis lain.

Dengan demikian, status kewarganegaraan etnis Rohingya harus diperjelas dan dituntaskan. Status yang tidak jelas bisa dipersepsikan sebagai tindakan diskriminatif dan melahirkan rasa ketidakadilan.

Ketika kami meninggalkan Myanmar menuju Tanah Air, dari atas saya melihat betapa eloknya Myanmar. Betapa damai negeri ini dengan pepohonan rimbun, hamparan sawah yang luas, dan air yang mengalir tenang.

Lalu, saya pun teringat ucapan seorang raja, 2.500 tahun silam: ”Hanyalah damai, bukan konflik dan kekerasan yang bisa berbicara tentang eloknya masa depan.” Perspektif inilah yang seyogianya kita pakai dalam menyikapi konflik di Myanmar.

HAMID AWALUDDIN, Dosen FH Universitas Hasanuddin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com