Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Falsafah "Huma Betang" Perlu Dilestarikan

Kompas.com - 06/08/2012, 20:38 WIB

Oleh Saidulkarnain Ishak

Budaya kehidupan suatu masyarakat berbeda-beda dan masing-masing memiliki nilai tambah, seperti falsafah "huma betang" (rumah besar) dalam kehidupan masyarakat suku Dayak di Provinsi Kalimantan Tengah, perlu dilestarikan.

"Huma betang" merupakan salah satu falsafah yang dimiliki masyarakat Dayak Kalteng dengan konsep bebas terpimpin. Budaya huma betang diimplementasikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, termasuk keluarga dekatnya.

Falsafah ini lahir untuk menyatukan konsep bebas terpimpin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernilai kearifan lokal yang lebih dikenal dengan sebutan ¿huma betang¿, kata Guru Besar Universitas Palangka Raya (Unpar) Prof Dr H Norsanie Darlan.

Masyarakat suku Dayak yang memiliki budaya menyatukan konsep bebas terpimpin dalam kehidupan bermasyarakat juga punya kearifan lokal yang lebih dikenal dengan sebutan ¿huma betang (rumah besar)¿, katanya.

"Dari keturunan leluhur kita, masyarakat Dayak yang punya konsep bebas terpimpin ini, menyatukan konsep di rumah betang untuk tidak ada terjadi perselisihan yang berarti," guru besar pendidikan luar sekolah (PLS) Unpar tersebut.

Norsanie Darlan mengatakan, ada ruang bebas yang merupakan sarana dalam mewujudkan pembangunan masyarakat merujuk pada budaya suku Dayak. Kearifan lokal seperti ini perlu mendapat perhatian bagi kelestariannya di masa mendatang.

"Dalam ruang publik yang bebas dan panjang itulah individu dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi, wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran," ujarnya.

Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat madani dalam sebuah tatanan masyarakat, justru ruang publik yang bebas tersebut diharapkan menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan.

Norsanie mengatakan, dengan menafsirkan ruang publik yang bebas dalam tatanan pembangunan masyarakat tersebut akan terjadi kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum.

Kebebasan yang kompak

"Bahkan, tingginya kekerabatan karena adanya rasa persaudaraan yang tinggi, tidak saling menyalahkan satu sama yang lain. Namun adanya kekompakan yang sulit diikuti oleh masyarakat lain terhadap budaya huma betang ini," tambahnya.

Masyarakat madani menurut Norsanie Darlan ditandai dengan berkembangnya suasana demokrasi yang bebas berpendapat dan bertindak, baik secara individual maupun kolektif diringi tanggung jawab.

Tanggung jawab dalam bertindak itu diperlukan, sehingga tercipta keseimbangan antara implementasi kebebasan individu dan kestabilan sosial serta penyelenggaraan pemerintahan secara demokratis, katanya.

"Masyarakat yang demokratis inilah yang harus ditiru oleh generasi penerus kita. Apakah dalam menggarap ladang tidak pernah terjadi  saling tumpang tindih. Muncul pula budaya mereka yang saling menghormati sesama," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com