Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Lidah Air Menjilat Kota Padang...

Kompas.com - 27/07/2012, 04:27 WIB

Sementara Diki (25), warga Kuranji, mengatakan, banjir bandang terakhir yang diingatnya terjadi tahun 2005. Kala itu, ia melihat dua ruangan kelas di SMA 9 Padang hanyut terbawa luapan Sungai Kuranji.

Setelah bertahun-tahun, mahasiswa Universitas Andalas itu kembali menyaksikan banjir bandang di sisi timur Padang. ”Sudah sering orang mengira kapan banjir akan datang lagi. Bukan kami mengharapkan bencana,” ujarnya.

Sudah bertahun-tahun warga mendengar cerita penebangan ilegal di sekitar hulu Sungai Kuranji. Mereka kerap mendengar suara gergaji mesin dari bukit yang menjadi hulu sungai. ”Saya pernah bekerja dengan salah satu bos penggergajian. Tugas saya menghanyutkan kayu dari hulu ke arah penggergajian di bawah bukit,” ungkapnya.

Kini, para korban banjir membutuhkan pasokan air bersih. Kebutuhan itu menyusul tercemarnya sumur warga oleh air bercampur lumpur dan material lain sejak Selasa malam.

Dewi Mulyati (34), salah seorang korban galodo di kawasan Batu Busuak, Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, mengatakan, air bersih menjadi kebutuhan paling penting saat ini. ”Sementara ini untuk minum kami mengandalkan bantuan air bersih dalam kemasan yang diberikan orang-orang yang datang memberikan sumbangan,” katanya. (RAZ/INK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com