JAKARTA, KOMPAS.com — Kurangnya perhatian dari orangtua bisa menjadi pemicu anak memilih untuk bunuh diri. Keluarga menjadi amat penting sehingga diminta proaktif memperhatikan dan menjaga anak dari gangguan mental dan psikologi.
Hal itu diutarakan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, Senin (23/7/2012), di Jakarta.
Pada kurun Januari-Juni 2012, tercatat 20 kasus percobaan bunuh diri yang tujuh anak di antaranya dapat diselamatkan. Anak yang memilih mengakhiri hidup itu berusia 13-17 tahun.
Arist mengungkapkan kekhawatirannya, sebab catatan tahun ini relatif sama buruknya dibandingkan dengan data kurun waktu yang sama tahun lalu.
Pada Januari-Juni 2011, 17 dari 23 anak yang mencoba bunuh diri ditemukan meninggal dunia dengan kondisi tidak wajar.
Kondisi yang memprihatinkan dalam kajian Komnas PA, anak-anak yang memilih bunuh diri itu berasal dari kalangan ekonomi miskin dengan modus gantung diri (9 kasus), menggunakan senjata (8 kasus), terjun dari ketinggian (2 kasus), dan menenggak racun (1 kasus).
Selain karena miskin, dorongan anak bunuh diri juga dipengaruhi sejumlah parameter, antara lain putus cinta, frustrasi ekonomi, disharmonis dalam keluarga, dan masalah di sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.