Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Kunci Pengungkapan Identitas Korban Sukhoi

Kompas.com - 16/05/2012, 17:12 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Rumah Sakit Polri, Bhayangkara, Kramat Jati, Brigjen (pol) Agus Prayitno mengungkapkan dari 30 kantong jenazah korban pesawat Sukhoi Superjet 100, tim forensik gabungan telah merekapitulasi data post mortem.

Selanjutnya, pihaknya akan mencocokan data tersebut dengan data ante mortem yang sebelumnya telah dikumpulkan pihak keluarga.

"Dari hasil pemeriksaan post mortem sampai tadi malam, sudah dilakukan analisa dan evaluasi, pada hari ini kita sudah mulai melanjutkan proses selanjutnya,yaitu rekonsiliasi, mencocokan atau matching antara post mortem dengan ante mortem," ujarnya saat konferensi pers di RS Polri, Rabu (16/5/2012).

Perlu diketahui, data ante mortem (pra kematian) merupakan data-data yang disentralisir tim Diseaster Victim Identification (DVI) dari pihak keluarga. Antara lain pengetahuan tentang ciri-ciri fisik korban, pakaian yang dikenakan, sampel DNA, sidik jari, gigi geligi dan lainnya.

Sedangkan data ante mortem (pasca kematian) merupakan data kondisi yang dihimpun tim DVI dari jasad yang ditemukan. Menurut Agus, antara data ante mortem dengan post mortem memilik keterkaitan.

Langkah selanjutnya tim forensik gabungan tersebut akan melakukan pencocokan antara ante mortem dengan post mortem untuk mengidentifikasi identitas terbaru.

"Apabila ada data primer yang cocok antara ante mortem dan post mortem, dapat dipastikan teridentifikasi. Data primer yang dianggap paling mudah menjadi bahan identifikasi adalah sampel DNA, gigi dan sidik jari," katanya.

Hingga saat ini, tim forensik gabungan yang terdiri dari DVI dan Inafis berhasil mengidentifikasi satu jenasah berjenis kelamin laki-laki dan dipastikan warga negara Indonesia. Identifikasi tersebut didapat dari hasil pencocokan antara gigi geligi jasad dengan pihak keluarga.

"Kemudian untuk pemeriksaan yang lain masih dilakukan, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa memberikan hasilnya sehingga kita bisa lebih banyak mengidentifikasi korban tersebut," lanjut Agus.

Kesulitan Mengidentifikasi Hingga kini, tim forensik gabungan telah berhasil mengidentifikasi 34 sidik jari. Langkah yang selanjutnya dilakukan adalah membandingkan ke 34 sidik jari tersebut dengan 20 data ante mortem yang telah dikumpulkan dari pihak keluarga sebelumnya.

Menurut Pemeriksa Madya Inafis Mabes Polri, AKBP H. Achid Taufik, pihaknya yang bertugas melakukan pemeriksaan sidik jari, pihaknya menemukan kendala dalam proses identifikasi tersebut.

"Data ante mortem kurang lengkap, karena cuma sebagian. Alangkah baiknya keluarga memberikan data aslinya. Kalau pembandingnya 10 jari, Insya Allah diketahui semuanya dalam satu dua hari kita maraton memeriksa," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com