Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan-ikan Itu Menjauh...

Kompas.com - 02/05/2012, 04:32 WIB

Di beberapa titik, terumbu karang ditemukan tertutup lumpur atau slim dari endapan limbah buangan tambang timah. Padahal, terumbu karang merupakan habitat dan tempat berkembang biak berbagai jenis ikan.

Menurut Indra, penambangan timah lepas pantai di sekitar Pulau Bangka hanya menguntungkan sebagian kecil orang bermodal. ”Penataan kawasan mendesak dilakukan. Seharusnya ditentukan kawasan yang boleh dan terlarang untuk ditambang,” katanya.

Paceklik kian mencekik

Seiring menurunnya hasil tangkapan, kesejahteraan para nelayan Tanjung Pesona kian merosot. Cau Ku (47), nelayan lain dari Desa Teluk Uber juga menuturkan saat ini terpaksa berutang untuk mencukupi kebutuhan harian. Padahal tiga anaknya yang bersekolah di bangku SMP dan SMA membutuhkan biaya sekolah yang tidak sedikit. ”Utang saya di toko tetangga sekarang ini sudah Rp 1 juta. Itu hanya untuk beli beras dan gula saja,” katanya.

Gelombang tinggi dan angin kencang yang terjadi di bulan-bulan terakhir tahun 2011 lalu makin melengkapi penderitaan nelayan Tanjung Pesona. Padahal, dulunya bulan-bulan tersebut merupakan musim panen udang dan kepiting yang harganya tinggi di pasaran. Kini, udang menghilang, sementara kepiting tinggal separuhnya.

”Lihat ini, jaring-jaring udang sekarang nganggur, sudah lama tak terpakai,” kata Rosihan (48), salah satu nelayan yang dituakan di Tanjung Pesona.

Kondisi ini makin terasa sejak dua tiga tahun terakhir. ”Dulu udang dan kepiting terbawa gelombang sampai pantai sehingga cukup ditangkap dengan jala yang dipasang di sepanjang garis pantai,” tuturnya.

Atas penurunan hasil tangkap, dalam setahun terakhir nelayan Tanjung Pesona mengaku menerima semacam kompensasi dari pengelola kapal isap. Kompensasi berupa dana tunai sebesar Rp 300.000 yang disalurkan tiga bulan sekali melalui kelompok nelayan di daerah tersebut. Namun sampai kapan kompensasi tersebut diberikan, para nelayan tidak tahu. ”Lagi pula uang sejumlah itu sekarang ini apa artinya. Untuk kebutuhan sebulan tak akan cukup,” tambah Rosihan.

Nelayan Tanjung Pesona pantas marah, karena selama lima tahun terakhir laut yang secara turun temurun menjadi sumber nafkah keluarga mereka, kini tak lagi memberi hasil. Padahal hingga tahun 2009, tercatat 3.026 nelayan di Kabupaten Bangka. Mereka terdiri dari nelayan jaring, nelayan pancing, dan nelayan bagan (rumah laut).

Cau Ku dan Akong, misalnya, merupakan generasi ketiga yang menjadi nelayan pancing di daerah itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com