Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS: Kami Tak Menebus Dosa

Kompas.com - 14/04/2012, 12:57 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengubah sikap mereka terkait isu krusial dalam pembahasan RUU Pemilu di menit-menit terakhir rapat paripurna di parlemen, Kamis (12/4/2012). Perubahan itu dilakukan terkait isu penghitungan suara menjadi kursi.

Awalnya, F-PKS bertahan pada sikap penghitungan suara menjadi kursi dengan metode divisor dengan varian webster habis di daerah pemilih (dapil). Secara mengejutkan, sikapnya berubah menjadi metode kuota murni ketika voting.

Berbagai tanggapan dilontarkan terkait sikap PKS itu. Ada yang menyebut PKS ingin menebus dosa atas sikapnya yang berseberangan dengan koalisi ketika pengambilan keputusan soal bahan bakar minyak bersubsidi. Kala itu, PKS menolak memberi ruang bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM.

Sekretaris Fraksi PKS, Abdul Hakim, membantah pihaknya menebus dosa. Menurut dia, sikap partai politik (parpol) pasti bisa berubah sikap suatu saat. Adapun alasan perubahan sikap itu, menurut dia, lantaran untuk mengakomodasi suara internal.

Hakim menjelaskan, berdasarkan penghitungan, di tingkat nasional, PKS memang diuntungkan dengan metode webster. Kursi di parlemen diperkirakan bakal bertambah di periode mendatang.

Namun, lanjut Hakim, masukan dari dari enam koordinator wilayah PKS, kursi di provinsi dan kabupaten bakal turun dengan sistem itu. "Atas perimbangan daerah, kami tulus mengubahnya menjadi kuota murni, bukan dalam konteks hapus dosa," kata Hakim.

Ketua Pansus RUU Pemilu dari Fraksi PDI Perjuangan Arif Wibowo menilai, perubahan sikap PKS mendadak itu lebih bersifat pragmatis. "Hanya menjawab kebutuhan pragmatis jangka pendek sampai 2014 pemerintahan stabil. Kedua, pijakan politik untuk membangun koalisi baru dalam rangka capres 2014," kata Arif.

Ketua DPP Partai Demokrat Gede Pasek Suardika mengatakan, tidak ada kesepakatan apa pun antara Demokrat dan PKS menjelang pemungutan suara. "Enggak ada. Itu suka-suka mereka (PKS)," kata Wakil Ketua Pansus RUU Pemilu itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com