Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ruhut: Pidato Presiden Bocor karena Teknologi

Kompas.com - 11/04/2012, 11:28 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan pengurus DPP Partai Demokrat pada 1 April lalu bocor ke publik. Rekaman berdurasi 41 menit 49 detik itu banyak berisi keluh kesahnya atas proses tertundanya kenaikan harga BBM per 1 April yang sudah direncanakan pemerintah dengan matang.

Menanggapi hal tersebut, anggota Dewan dari Komisi III DPR, Ruhut Sitompul, menyatakan pihaknya tak terpengaruh dengan hal tersebut. Hal ini karena apa yang disampaikan dalam pidato internal SBY sudah diketahui publik sebelumnya.

"Kita mau bilang apa kalau bocor, ya, namanya juga teknologi, kan. Ya, walaupun itu masalah etika. Itu, kan, rapat intern kami. Kalau ada yang mau menyadap dan dibawa keluar, ya, kita sesalkan karena itu etika publik," ujar Ruhut di DPR, Rabu (11/4/2012).

Ruhut mengaku tak tahu siapa kader Demokrat yang merekam ataupun menyebarkan pidato Ketua Dewan Pembina Demokrat tersebut. Saat rapat itu, kata dia, semua tampak fokus mendengarkan sehingga tak diketahui siapa perekam pidato itu.

"Bahasanya, kan, sudah 'telanjang', semua orang sudah tahu. Jadi, ya, memang enggak ada yang dirahasiakan, dong. Enggak tahu siapa orang dalamnya. Kader bisa saja ada yang seperti itu, tetapi cepat atau lambat pasti ketahuan pelakunya," tutur Ruhut.

Seperti diberitakan, salah satu isi dari pidato yang bocor itu adalah mengenai kekecewaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada sejumlah kepala daerah yang ikut aksi demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak, 30 Maret 2012.

Dalam pidato sekitar satu jam yang rekamannya dimiliki Tempo, Yudhoyono terdengar sangat menyayangkan sikap beberapa bupati dan wali kota. Menurut SBY, sebagai perpanjangan tangan presiden dalam pemerintahan, bupati dan wali kota harusnya mendukung kebijakan presiden. Ia menyebut mereka membangkang.

Dalam pidatonya, SBY mengaku lebih sedih lagi begitu mengetahui bahwa seruan untuk turun ke jalan menolak kenaikan harga BBM juga dinyatakan oleh komunitas politik yang pemimpinnya pernah menjadi presiden. Namun, dia tidak menyebut spesifik partai yang ia maksud. Meski sudah diketahui dengan jelas kepala daerah yang melakukan aksi itu berasal dari PDI-P, partai oposisi yang gencar menolak kenaikan harga BBM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com