Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS Bisa Kehilangan "Logistik" pada 2014

Kompas.com - 07/04/2012, 12:30 WIB
Hindra Liu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Ketua Sekretariat Gabungan Parpol Pendukung Pemerintah, dikatakan tengah menyusun formasi koalisi yang baru yang Parlemen dan Kabinet agar pemerintahan berjalan lebih efektif. PKS, yang menentang rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, terancam dikeluarkan.

Tiga orang menteri asal PKS, Menteri Sosial Salim Segaf Al'Jufrie, Menteri Pertanian Suswono, serta Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring terancam dikeluarkan dari Kabinet Indonesia Bersatu II. Lantas, apa implikasinya jika menteri asal PKS dikeluarkan dari KIB II?

Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, mengatakan, didepaknya tiga orang kadernya dari jajaran kabinet menteri akan menyebabkan partai ini kehilangan "logistik" untuk bertarung pada perebutan kursi parlemen dan presiden 2014.

"PKS mempunyai menteri pertanian, sosial, dan kominfo, serta komisaris di beberapa BUMN. Ini posisi strategis. Ini cara mereka memperluas basis politik mereka, yang dulu hanya di perkotaan, saat ini juga ke pedesaan. Ini melalui pertanian dan bantuan sosial yang sampai ke pedesaan," kata Ari pada diskusi politik, Sabtu (7/4/2012).

Ari mengatakan, pertanian dan bantuan sosial merupakan instrumen penting bagi PKS untuk memperluas basis politiknya. Menurutnya, sulit membayangkan posisi PKS jika didepak dari kabinet menteri.

Namun, Ari mengaku tak dapat memperkirakan apakah SBY akan mempertahankan menteri asal PKS ketika partai dakwah ini tak lagi bersama-sama dengan pemerintahan. Hanya saja, sambung Ari, akan terasa aneh jika menteri asal PKS tetap berada di jajaran kabinet menteri ketika PKS dikeluarkan dari Setgab.

Saat ini, para anggota Setgab, yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan, telah mendorong SBY mengambil sikap tegas. Sikap tegas ini bisa berupa mengeluarkan PKS dari koalisi. PKS dianggap telah melanggar code of conduct (tata etika) koalisi. PKS sendiri menyesalkan sikap parpol anggota.

Menurut Wakil Sekjen PKS Mahfudz Siddiq, isu Setgab koalisi diminta untuk mengeluarkan PKS dari koalisi merupakan isu elitis.

"Isu itu justru tidak penting bagi rakyat. Yang terpenting bagi rakyat bukan masalah koalisi, melainkan pemenuhan hak serta kesejahteraan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com