Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hakim Mogok Sidang Pertengahan Mei

Kompas.com - 29/03/2012, 00:05 WIB
Samuel Oktora

Penulis

ENDE, KOMPAS.com — Rencana para hakim pengadilan negeri mogok sidang, yang semula 1 April, diundur hingga pertengahan Mei 2012. Pengunduran aksi itu dilakukan guna menghindari tudingan pengalihan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Semula mogok sidang akan dilakukan 1 April 2012, tapi kemudian teman-teman sepakat aksi diundur sekitar pertengahan Mei 2012, yakni bertepatan dengan 101 hari masa Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali. Mogok sidang akan dilakukan hingga tuntutan para hakim diperhatikan oleh pemerintah," kata Ketua Pengadilan Negeri Ende Achmad Peten Sili, Rabu (28/3/2012) di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Menurut Peten, para hakim saat ini sangat resah terkait minimnya penghargaan dan kesejahteraan yang mereka peroleh, terutama jika dibandingkan pegawai negeri sipil (PNS). Ia mencontohkan, gaji pokok yang diperoleh hakim sekitar Rp 1,9 juta. Jumlah itu lebih rendah jika dibandingkan dengan PNS yang nol tahun, sekitar Rp 2 juta.

Selain itu, menurut Peten, sejak tahun 2008, remunerasi atau tunjangan khusus untuk hakim PN sebesar Rp 4,2 juta, sampai saat ini hanya diterima 70 persen atau sekitar Rp 2,9 juta. Padahal di lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan dan Kementerian Keuangan, remunerasi diberikan sebesar 100 persen.

"Yang dituntut para hakim itu hanya penghargaan yang pantas, sebab hakim juga mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk penegakan hukum. Kalau dibandingkan dengan fasilitas yang didapat seorang kepala dinas saja di lingkungan pemda, sangat jauh," tutur Peten.

Menurut mantan Wakil Ketua PN Ruteng itu, dalam satu setengah tahun tahun terakhir para hakim begitu intensif menggalang gerakan dalam Kelompok Rencana Aksi Hakim Indonesia Menggugat Presiden dan DPR RI. Dari sekitar 7.000 hakim di Indonesia, ada lebih kurang 4.000 hakim yang mendukung gerakan tersebut. "Awalnya kami merencanakan demo ke Istana Negara, tapi karena dirasa kurang elok, akhirnya dipilih aksi mogok sidang saja," kata Peten.

Secara terpisah, hakim PN Ruteng, Frans Kornelisen menyatakan mendukung gerakan itu. "Kami tidak menuntut kesejahteraan harus seperti apa, tapi kami hanya mengingin kan ada penghargaan yang pantas. Sebab beban kerja hakim juga cukup berat, belum lagi dtambahkan aturan yang sangat mengikat para hakim. Karena kesejahteraan yang memprihatinkan itu ada hakim di daerah, seperti di Papua, yang terpaksa bekerja sambilan sebagai tukang ojek," papar Frans.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com