JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polisi RI Jenderal (Pol) Timur Pradopo menyesalkan bahwa dalam penyelesaian konflik di sejumlah daerah di mana anggota kepolisian menggunakan senjata api untuk mengamankan konflik. Termasuk yang ia sesalkan, anggota kepolisian yang juga menjadi korban dalam konflik karena sikap anarki masyarakat.
"Sekali lagi kami sangat-sangat menyesalkan kejadian itu membuat masyarakat harus jadi korban atau polisi jadi korban. Insya Allah itu semua nanti akan ada evaluasi di wilayah yang ada perbaikan, kami mengontrol," ujar Kapolri di Jakarta, Kamis (19/1/2012) malam.
Kapolri berharap kepolisian dapat menyosialisasikan penyelesaian konflik melalui cara preventif kepada masyarakat. Jika anggota kepolisian melakukan tindak pidana, kata dia, pihaknya tak segan-segan membawanya pada proses penegakan hukum.
"Masyarakat juga mengerti kalau sudah seperti ini apa sih yang harus kami lakukan sehingga kami kasih solusi kalau pada akhirnya harus berujung pada penegakan hukum dan harus maju ke pengadilan, ya itu yang akan kami dorong," kata Kapolri.
Seperti diberitakan, dalam beberapa konflik yang terjadi Bima dan Mesuji, anggota kepolisian kedapatan melepaskan peluru kepada massa yang tengah melakukan unjuk rasa dan aksi protes. Polisi beralasan, hal tersebut dilakukan karena massa bertindak anarki dan tak dapat ditindak. Sementara sejumlah kalangan menyebut anggota kepolisian justru melanggar HAM karena menyelesaikan konflik dengan senjata api.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.