JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Riset Development Countries Studies Center (DCSC) Abdul Hakim menilai popularitas Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD akan mencuat menjelang 2014. Menurut Abdul, dengan popularitas Mahfud yang cukup besar saat ini, kemungkinan mantan Menteri Pertahanan itu akan meramaikan persaingan perebutan posisi capres dan cawapres periode 2014-2019.
"Jika melihat kondisi partai politik yang masing-masing memiliki kandidat capresnya, maka Mahfud MD sangat berpeluang menempati cawapres. Karena untuk menjadi capres, kendalanya adalah dia tidak punya kendaraan politik. Apalagi, dari sejumlah partai pengikut pemilu itu sudah punya calon-calonnya masing-masing," ujar Abdul di kantor DCSC, Jakarta, Sabtu (7/1/2012).
Meski demikian, Abdul mengatakan, berbagai kemungkinan mengenai siapa tokoh yang pantas menjadi capres dan cawapres tersebut masih akan bisa berubah. Apalagi beberapa bulan terakhir ini muncul tokoh baru, seperti Menteri BUMN Dahlan Iskan yang namanya mulai dikait-kaitkan dengan Pilpres 2014. "Jadi di tahun 2014 itu, yang tadinya bukan siapa-siapa, bisa muncul dan dijagokan dalam capres dan cawapres nanti. Dan kita sendiri saat ini belum mempunyai simulasi mengenai pasangan-pasangan itu. Mudah-mudahan simulasi itu nanti akan kita lakukan di pertengahan 2012," kata Abdul.
Kendati masih tiga tahun lagi, wacana calon presiden mulai menghangat. Sejumlah survei bertebaran terkait tingkat popularitas calon presiden. Hasil survei "Pemetaan Calon Presiden Tahun 2014, A Few Good Man" yang dilakukan Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) itu merilis tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi pada 2014. Para tokoh tersebut adalah Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menduduki peringkat pertama sebagai calon presiden dengan dipilih 28 persen responden. Disusul kemudian Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (10,6 persen), mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (7,4 persen), Aburizal Bakrie (6,8 persen), Ketua PBNU KH Aqil Siroj (6 persen), dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin (5,2 persen).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.