Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desentralisasi Tak Sejalan dengan Sistem Pemerintahan

Kompas.com - 26/10/2011, 08:36 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski Undang-Undang Dasar 1945 mengakui desentralisasi yang diwujudkan dengan otonomi daerah atau pendistribusian sebagian kewenangan pemerintah pusat ke daerah, sistem pemerintahan yang dianut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono justru tak sejalan. Jumlah menteri yang terlalu banyak, ditambah dengan penambahan wakil menteri saat perombakan kabinet lalu, makin membuat kewenangan daerah seperti yang diakui konstitusi tak bisa berjalan maksimal.

Ahli hukum tata negara Irman Putra Sidin mengatakan, setelah Indonesia secara resmi menggunakan sistem desentralisasi pascareformasi 1998 seharusnya kementerian menjadi ramping.

"Tidak terlalu banyak karena sebagian kewenangan pusat telah didistribusikan ke daerah sejalan dengan desentralisasi. Misalkan kementerian tenaga kerja itu tidak perlu ada dan dilebur ke dalam kementerian dalam negeri. Tetapi kenyataannya, era desentralisasi yang kita sepakati dalam UUD ternyata tak linear dengan sistem pemerintahan saat ini," kata Irman di Jakarta, Selasa (25/10/2011).

Irman menilai, sesungguhnya Presiden Yudhoyono sudah tepat dengan mengangkat banyak wakil menteri. Akan tetapi, seharusnya pengangkatan wakil menteri ini dibarengi dengan pemangkasan sejumlah kementerian. "Jadi seharusnya ada wakil menteri dalam negeri yang membidangi tenaga kerja misalnya. Wakil menteri boleh banyak, tetapi kementeriannya dikurangi," katanya.

Dia mengatakan, dengan banyaknya jumlah kementerian sementara Indonesia saat ini menganut sistem desentralisasi, sesungguhnya tak banyak yang dikerjakan menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Malah menurut Irman, ada kesan tugas sejumlah menteri terlihat mengada-ada.

"Hanya karena ingin kelihatan bekerja, mereka bikin surat edaran, peraturan menteri dan sebagainya. Sementara surat edaran ini malah berbenturan dengan tugas dan wewenang pemerintah daerah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com