Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bom Solo Bagian dari Upaya Adu Domba

Kompas.com - 25/09/2011, 15:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton (GBIS Kepunton), Kota Solo, Minggu (25/9/2011), merupakan bagian dari upaya adu domba dan penyudutan terhadap kelompok atau agama tertentu kepada agama lain. 

Penilaian itu disampaikan pengamat dari Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya, di Jakarta, Minggu siang.

Dia mengomentari bom yang meledak di GBIS Kepunton, Minggu, sekitar pukul 10.55 WIB. Satu orang, yang diduga pelaku bom, tewas. Sebanyak 10 orang lain terluka.  

Menurut Mustofa B Nahrawardaya, bom itu sangat memuakkan dan menjijikkan karena sengaja ditempatkan di gereja saat prosesi ibadah. Pemilihan GBIS Kepunton itu bisa jadi memang sudah diseleksi sebelumnya karena gereja tersebut termasuk salah satu bangunan gereja terbesar di Solo.  

"Peledakan ini adalah upaya adu domba dan penyudutan terhadap kelompok tertentu, atau bahkan mengarah ke agama tertentu ke agama lain, dalam hal ini jemaat Kristen. Tujuannya agar terjadi pergesekan-pergesekan horizontal antaragama atau kelompok," katanya.

Dia berharap, polisi menyelidiki kejadian ini secara profesional di tempat kejadian dan harus bisa mencari bukti akurat, tanpa dipengaruhi opini yang berkembang sebelumnya. Polisi harus obyektif dan meneliti semua barang bukti, tanpa ditunggangi kepentingan lain, selain mengungkap jaringannya.  

Dalam kondisi politik yang belakangan memanas di Tanah Air, sangat terbuka kemungkinan adanya kelompok tertentu untuk mengacaukan perhatian pemerintah dan masyarakat dengan peristiwa semacam ini. Bahkan, sangat mungkin kelompok itu mengacaukan barang bukti di tempat kejadian perkara agar terkesan melibatkan keterlibatan kelompok agama lain.

"Biarlah polisi yang bekerja mengungkap kasus ini. Namun, baik juga jika ada sebagian kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang turut memantau dan mengawasi peristiwa ini. Itu penting agar selama penyelidikan tidak dibelokkan ke arah kepentingan sesaat," katanya.

Agar peristiwa bom semacam itu tidak terulang, lanjut dia, masyarakat jangan mudah mempercayai ajakan untuk melanggar hukum. Harus diakui, teroris tentu menggunakan akal dan cara yang tidak terdeteksi dengan mudah.

Namun, apabila masyarakat berhati-hati atas ajakan, hasutan, atau gosokan dari siapa pun, semoga peristiwa itu bisa dihindari. "Masyarakat jangan mudah terprovokasi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

    Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

    Nasional
    Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

    Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

    Nasional
    Nasib Pilkada

    Nasib Pilkada

    Nasional
    Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

    Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

    Nasional
    Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

    Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

    Nasional
    Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

    Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

    Nasional
    Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

    Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

    Nasional
    Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

    Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

    Nasional
    Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

    Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

    Nasional
    Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

    Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

    Nasional
    Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

    Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

    Nasional
    Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

    Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

    Nasional
    Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

    Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

    Nasional
    Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

    Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com