JAKARTA, KOMPAS.com — Tokoh masyarakat dan rohaniwan lintas agama yang menggelar doa dan puasa bersama selama tiga hari berturut-turut sejak Rabu (14/9/2011) hingga Jumat di depan Istana Merdeka menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap kekuasaan yang dinilai jauh dari amanah.
Dengan berdoa dan berpuasa bersama, para rohaniwan lintas agama sebenarnya telah melakukan perlawanan dengan diam. "Seperti kita melakukan monobrata, melakukan doa dengan diam. Itu artinya tanda-tanda raja mengerti rakyat melakukan perlawanan, silent revolution ataupun revolusi diam. Ketika kami tiga hari duduk di depan Istana, Presiden hendaknya mengerti kehendak rakyat," ujar BR Indra Udayana, rohaniwan Hindu sekaligus pendiri Ashram Gandhi Puri.
Menurut Indra, kehendak rohaniwan dan spiritualis yang duduk berdoa dan berpuasa selama tiga hari di depan Istana adalah karena ada keinginan perubahan yang harus dilakukan dengan segera. "Kami melihat doa yang tulus yang dilakukan bersama teman-teman lintas agama sebagai senjata perjuangan rakyat Indonesia atas ketidakadilan akan kemerdekaan yang sudah berlangsung lama dan hanya dinikmati segelintir orang," kata Indra.
Rohaniwan lintas agama yang hadir dalam doa dan puasa bersama di depan Istana Merdeka, antara lain, KH Ahmad Damanhuri (Islam), Biksu Dwi Virya (Buddha), Yohanes Kristo Tara OFM (Katolik), dan Pdt Sapar Supit (Kristen).
Acara ini juga dihadiri oleh tokoh masyarakat, seperti mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli dan mantan Jubir Presiden Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.