Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Kasus Antasari Tanpa Tekanan Politik

Kompas.com - 13/09/2011, 15:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yusril Ihza Mahendra berharap, proses persidangan Peninjauan Kembali (PK) atas kasus yang dihadapi Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar dapat berjalan secara terbuka dan tanpa tekanan yang berbau politis.  

"Faktor politik itu tidak bisa diabaikan, opini terus berkembang dan sedikit banyak memeberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung, tapi sebagai proses peradilan seharusnya ini harus murni hukum, tidak mempertimbangkan aspek politik di luar hukum," ujar Yusril kepada wartawan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (13/9/2011).  

Ia berpendapat, kasus Antasari seharusnya akan berakhir. Pasalnya, menurut Yusril, nasib orang harus segera diputuskan dan harus mengabaikan aspek poltik serta mengembalikan ke dalam proses hukum.  

"Kalau saya pribadi berpendapat sebenarnya Antasari cukup beralasan untuk mengajukan PK dalam kasus ini, karena ditemukan adanya bukti-bukti baru dan disamping itu juga ada berbagai hal yang terungkap dalam persidangan yang judekfaksi yang tidak memberikan pertimbangan yang cukup atas fakta yang terungkap dalam persidangan itu," kata Yusril.  

Ia berharap  permohonan pengajuan PK Antasari diterima pada tingkat Pengadilan Negeri sehingga bisa diteruskan ke Mahkamah Agung. Ia juga menilai MA seharusnya mempertimbangkan jika ada fakta-fakta yang baru dalam kasus tersebut.

"Supaya nanti Mahkamah Agung bisa mengkaji ulang dan kalau sudah ditolak di PN sudah tertutup kemungkinan bagi Mahkamah Agung untuk mengkaji ulang putusan sebelumnya," kata Yusril.

Sebelumnya, dalam persidangan Peninjauan Kembali hari ini, Jaksa Penuntut Umum menolak beberapa bukti baru yang dijadikan dasar PK Antasari. Jaksa berpendapat, tiga novum yang diajukan Antasari bukan merupakan alat bukti baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Nasional
    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Nasional
    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Nasional
    May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

    May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

    Nasional
    Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

    Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

    Nasional
    Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

    Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

    Nasional
    Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

    Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

    Nasional
    Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

    Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

    Nasional
    Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

    Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

    Nasional
    Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

    Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

    Nasional
    Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

    Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

    Nasional
    Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

    Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

    Nasional
    Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

    Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

    Nasional
    'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

    "Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

    Nasional
    Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

    Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com