JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Kepala Polri Jenderal (Purn) Sutanto yang saat ini menjabat Kepala Badan Intelijen Negara membantah bahwa polisi telah mendanai beberapa aksi yang dilakukan organisasi kemasyarakatan Front Pembela Islam.
Hal ini disampaikan Sutanto kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (6/9/2011). "Enggak benar yang gitu-gituan lah. Tidak ada yang gitu-gitu. Tidak pernah ada yang membiayai FPI," kata Sutanto singkat ketika diminta konfirmasi terkait isi kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta yang dikirimkan ke Washington DC. Isi kawat diplomatik ini dibocorkan Wikileaks.
Seperti diwartakan, Wikileaks membocorkan sejumlah dokumen rahasia Amerika Serikat yang memaparkan mengenai hubungan antara polisi dan ormas Front Pembela Islam (FPI).
Bocoran rahasia yang diungkapkan Wikileaks itu menyebutkan bahwa sejak lama polisi di Indonesia telah memanfaatkan FPI sebagai attack dog mereka untuk berbagai kepentingan.
Walaupun sebenarnya bocoran itu bukanlah hal yang baru, dalam informasi yang diungkapkan Wikileaks itu dipaparkan sejumlah informasi detail mengenai hubungan antara polisi dan FPI.
Salah satu informasi rahasia yang diungkapkan Wikileaks menyebutkan bahwa seorang pejabat senior di Badan Intelijen Negara (BIN), Yaya Asagaf, memiliki "kedekatan yang cukup" dengan sejumlah tokoh di FPI.
Karena itulah ia kemudian bisa memberi peringatakan kepada pejabat Kedubes AS di Jakarta bahwa Kedubes AS akan diserang oleh FPI pada 19 Februari 2006 silam lantaran pemuatan kartun Nabi Muhammad di sebuah media di AS.
Di dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa Sutanto, yang saat itu menjabat kapolri, mendanai aksi FPI. Namun, jenderal bintang empat tersebut menghentikan aliran dana setelah mengetahui adanya kebocoran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.