Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrok Puncak Jaya, Parpol Harus Belajar

Kompas.com - 02/08/2011, 13:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bentrok antara kelompok massa pendukung bakal calon pasangan bupati-wakil bupati Puncak Jaya, Papua, Elvis Tabuni-Heri Dosinay, dan massa pendukung pasangan Simon Alom-Yosian Tenbak diharapkan tak terulang pada masa mendatang.

Bentrokan berdarah yang terjadi pada Sabtu (30/7/2011) itu menewaskan 19 orang, dan satu di antaranya adalah anggota Brimob Papua. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, partai politik bertanggung jawab memberikan pendidikan politik kepada para kadernya.

"Partai politik hendaknya memberikan pendidikan politik kepada para kader, terutama calon-calon yang diunggulkan untuk menjadi pimpinan daerah mana pun. Perselisihan antaranggota partai tak boleh terjadi lagi," kata Djoko kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (2/8/2011).

Djoko mengatakan, pemerintah, dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), akan mengevaluasi penyelenggaran pemilihan kepada daerah (pilkada) di Puncak Jaya.

Kronologi

Peristiwa tersebut bermula ketika KPU Puncak Jaya menerima pendaftaran bakal calon bupati Elvis-Heri yang diusung Partai Gerindra pada Rabu (27/7/2011). Sementara itu, pada Sabtu (30/7/2011), bakal calon bupati Simon-Yosian juga mendaftar ke KPU Puncak, tetapi ditolak sebab menggunakan partai yang sama, yakni Gerindra.

"Nah, dari sinilah awal permasalahan tersebut terjadi karena ada dualisme dukungan partai pengusung terhadap bakal calon bupati. Massa Elvis Tabuni-Heri Dosinay dan massa Simon Alom-Yosian Tenbak terlibat bentrok di Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak, yang mengakibatkan adanya korban jiwa dan materiil," kata Koordinator Divisi Hukum dan Logistik KPU Kabupaten Puncak, Irianus Kiwak, di Jayapura, Papua.

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, Senin di Jakarta, menuturkan, partainya masih mengumpulkan data terkait bentrokan antarkelompok pendukung politik yang melibatkan kader partainya. Namun, mengingat masalah ini sudah masuk ranah hukum, aparat penegak hukum harus profesional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

    Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

    Nasional
    PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

    PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

    Nasional
    Kesaksian JK di Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

    Kesaksian JK di Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

    Nasional
    DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

    DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

    Nasional
    Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

    Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

    Nasional
    Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

    Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

    Nasional
    Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

    Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

    Nasional
    Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

    Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

    Nasional
    Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

    Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

    Nasional
    Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    Nasional
    Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

    Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

    Nasional
    Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

    Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

    Nasional
    Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

    Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

    Nasional
    Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

    Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

    Nasional
    Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

    Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com