Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busyro dan Haryono Mundur dari Komite Etik

Kompas.com - 01/08/2011, 14:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Komposisi anggota Komite Etik KPK berubah. Dua unsur pimpinan KPK, Busyro Muqoddas dan Haryono Umar, keluar dari keanggotaan komite yang bertugas memeriksa dugaan pelanggaran kode etik pimpinan KPK itu.

"Ini bentuk respons KPK terhadap aspirasi masyarakatnya tentang komposisi komite etik antara eksternal dan internal. Anggota Komite Etik tetap tujuh orang, empat dari luar, tiga dari dalam," ujar Ketua Komite Etik yang juga penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, di Jakarta, Senin (1/8/2011).

Sebelumnya, komposisi anggota Komite Etik mayoritas diisi dari kalangan internal KPK. Komposisi ini menuai kritik. Komite Etik dinilai tidak independen. Dengan mundurnya Busyro dan Haryono, unsur internal KPK dalam Komite Etik menjadi lebih sedikit.

Unsur internal KPK menjadi hanya tiga orang, yakni Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto sebagai perwakilan unsur pimpinan, serta Abdullah dan Said Zainal Abidin sebagai unsur penasihat KPK.

Sementara itu, unsur eksternalnya menjadi empat orang, yakni mantan pimpinan KPK Sarajudin Rosul, Guru Besar Universitas Indonesia Marjono Rekso Diputro, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif, dan praktisi hukum Universitas Indonesia, Nono Anwar Makarim.

Komite Etik KPK merupakan pengawas internal KPK yang dibentuk dari unsur pimpinan KPK, penasihat KPK, dan unsur eksternal. Komite tersebut dibentuk untuk memeriksa dugaan pelanggaran etika unsur pimpinan KPK, menindaklanjuti tudingan M Nazaruddin, tersangka kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games, terhadap sejumlah unsur pimpinan.

Seperti diketahui, Nazaruddin menuding unsur pimpinan KPK, Chandra M Hamzah dan M Jasin, telah merekayasa kasusnya. Menanggapi pembentukan Komite Etik itu, Jasin meminta agar semua unsur pimpinan KPK diperiksa. Menurut Jasin, ini karena Busyro juga pernah disebut bertemu dengan Nazaruddin.

Saat disinggung apakah mundurnya Busyro dan Haryono menandakan bahwa keduanya akan turut diperiksa, Abdullah menjawab, "Air mengalir saja. Eksternal-internal, kalau disebutkan dalam pemeriksaan itu, akan diproses."

Dia menambahkan, Komite Etik akan mulai bekerja pada Kamis (4/8/2011). "Kamis, rapat pertama Komite Etik dengan agenda khusus identifikasi masalah, inventarisasi masalah dan menyusun time table. Jadwal pemeriksaan, apakah sekali sepekan, dua kali sepekan, atau maraton, akan disesuaikan," ungkap Abdullah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Nasional
    Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

    Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com