Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mendamaikan" Rukyat dan Hisab

Kompas.com - 01/08/2011, 08:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan, pihaknya akan mengupayakan persamaan kriteria melihat posisi bulan secara langsung (rukyat) dan perhitungan astronomi pergerakan bulan (hisab), baik dalam penghitungan 1 Ramadhan, Syawal, maupun Idul Adha bersama beberapa organisasi massa Islam di Indonesia.

Selama ini, menurut Suryadharma, perhitungan tersebut sering kali menjadi perdebatan, baik di kalangan organisasi massa Islam (ormas Islam) maupun pemerintah.

"Kedua cara itu jadi perhatian sebab akurasinya kadang diragukan. Ada pemikiran agar kriteria-kriteria bisa disepakati karena memang merupakan prinsip dasar otoritas yang mengambil keputusan mengenai kapan tanggal-tanggal itu ditetapkan, batas wilayah, dan kriteria," ujar Suryadharma seusai memimpin sidang isbat di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Minggu (31/7/2011) malam.

Penentuan penghitungan tersebut sering kali menjadi perbedaan karena dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, memiliki metode tersendiri dalam menentukan awal puasa.

NU menggunakan metode rukyat yaitu dengan melihat hilal (bulan sabit), tetapi tetap berpedoman pada perhitungan hisab. Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan metode hisab.

Peluang terjadinya perbedaan penentuan awal puasa terjadi karena, hingga saat ini, posisi ketinggian hilal diperkirakan kritis atau dengan kata lain sulit dilihat. Oleh karena itu, kapan jatuhnya awal bulan Ramadhan belum bisa dipastikan.

"Otoritas (pemerintah) dan batas wilayah sudah tidak ada masalah. Tinggal kriteria yang perlu disamakan agar ke depan tidak ada perbedaan," ujar Suryadharma.

Oleh karena itu, lanjut Suryadharma, untuk mempersatukan pandangan itu, pihaknya akan mengupayakan dialog dengan beberapa ormas Islam besar di Indonesia. "Ini akan kami lakukan sampai pada titik temu yang disepakati," kata dia.

Tahun ini tidak ada perbedaan penetapan 1 Ramadhan antara pemerintah dan beberapa ormas Islam. Ini karena posisi hilal terlihat dan terhitung sangat signifikan dari batas 0 hingga 3 derajat yang selama ini dijadikan patokan penghitungan hisab dan rukyat.

Menurut laporan Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama, data hisab yang dihimpun dari berbagai sumber menunjukkan bahwa ijtima' terjadi pada hari Minggu, 31 Juli 2011, sekitar pukul 01.40 WIB dini hari.

Pada saat matahari terbenam, hilal berada di atas ufuk dengan ketinggian 6,36 derajat dengan umur kekuatan selama 16 jam 11 menit 8 detik.

"Ormas-ormas Islam juga telah melakukan rukyat di berbagai titik di Tanah Air. Alhamdulillah, telah diketahui bahwa ketinggian hilal di atas ufuk antara 4 derajat 50 menit dan 6 derajat 55 menit. Oleh karena itu, sidang isbat ini telah menyepakati bahwa 1 Ramadhan jatuh pada 1 Agustus 2011. Kami sangat bersyukur, tidak terjadi perbedaan melalui hisab," kata Suryadharma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com