Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Groeneveld Alias Condet

Kompas.com - 07/07/2011, 15:45 WIB

Para pendekar persilatan yang berada di Tanjoeng Oost khususnya, dan Condet umumnya bersatu melawan para tuan tanah dan centeng-centengnya yang sering menindas rakyat. Teriakan-teriakan “Allahu Akbar! Sabilullah! gua kagak takut!” menggema ke seantero Condet, mewakili genderang perang jihad menegakkan amar makruf nahi munkar.

H Entong Gendut, dibantu oleh beberapa tokoh lainnya seperti Maliki, Modin, Saiprin (Ngkong Prin/Babe Cungok), H. Amat Wahab, Said Kramat, Hadi, Dullah, dan orang-orang keturunan Arab dari Cawang seperti Ahmad Al Hadad, Said Mukhsin Alatas, dan Alaydrus, menentang tuan tanah dan Kompeni Belanda.

Akibat serbuan itu, beberapa keluarga tuan tanah berhasil ditawan. Bahkan bebeapa pejabat Belanda yang datang dari Meester Cornelis untuk memadamkan pemberontakan itu juga ditangkap Haji entong Gendut dan kawan-kawan.

Hal ini membuat pihak Belanda marah dan mengerahkan bala bantuan dari Batavia. Pemberontakan berhasil ditumpas. Haji Entong Gendut gugur. Kelihaiannya bermain jurus silat Sapu Angin, tidak menghalangi hunjaman peluru Belanda yang deras mengarah ke dadanya.
Dia tersungkur tertembak ketika terpancing Belanda untuk menyeberangi kali Ciliwung. Konon, menurut cerita rakyat, kekebalan Entong Gendut akan luntur apabila terkena air sungai.

Demang Mester Cornelis yang kala itu memimpin penumpasan rakyat Condet, memerintahkan untuk membawa Entong Gendut ke Rumah Sakit Kwini (kini RSPAD). Namun, di tengah perjalanan dia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Satu persatu para pengikutnya ditangkapi.

Setelah pemberontakan itu, tindakan tuan tanah dan Kompeni terhadap rakyat Condet semakin kejam, sehingga tidak ada seorang pun orang dewasa yang berani tinggal di Condet. Mereka semua melarikan diri dari kejaran Belanda. Beberapa pendekar lain seperti Maliki, Modin, Hadi, dan Dullah melarikan diri ke arah timur, yaitu Rawa Binong (sekarang termasuk Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur).

Bahkan di jalan-jalan Batavia sampai tidak ada yang berani mengaku orang Condet. Kala itu banyak pemuda Condet yang ditangkap dan pulang tinggal nama. Situasi mencekam itu digambarkan dalam pantun rakyat Condet yang cukup terkenal :

Ular kadut mati di kobak, Burung betet makanin laron
Entong gendut mati ditembak, Orang Condet pada buron.

(Asep Setiawan, penulis dan wartawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com