JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, kelompok teroris baru yang muncul saat ini masih digolongkan "primitif". Salah satu yang dicontohkannya adalah kelompok teroris Mochammad Syarif, yang melakukan bom bunuh diri di Masjid Adz Dzikro, Kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, 15 April. Ia menilai, jaringan kelompok tersebut merupakan salah satu jaringan baru yang berasal dari kelompok-kelompok kecil dengan pola terpencar.
"Kelompok-kelompok baru itu terjadi karena pengaruh dana yang kurang. Jaringan M Syarif itu kan tidak punya nuklir atau satelit, dan walaupun punya bom, pasti bom dengan skala kecil. Jadi, kalau kata Osama, mereka hanya melawan dengan tulang dan daging saja," kata Al Chaidar, Rabu (25/5/2011) di Depok, Jawa Barat.
Kurangnya pendanaan, lanjutnya, membuat kelompok teroris ini mampu membuat sebuah pola terpencar yang lebih sporadis. Untuk mempertahankan eksistensinya, kelompok tersebut menyampaikan pesan teror dengan cara yang berbeda dari kelompok sebelumnya.
"Mereka kesulitan untuk membuat gerakan yang begitu besar. Nah, dengan hanya kelompok kecil, mereka dapat lebih mobile untuk menjalankan aksi terornya secara sporadis. Misalnya, dengan melakukannya di masjid seperti yang dilakukan kelompok M Syarif (bom di Mapolresta Cirebon). Dan sudah pasti itu akan menimbulkan efek yang cukup besar untuk menunjukkan eksistensi mereka," jelasnya.
Namun, Al Chaidar mengakui, dana dari jaringan teroris internasional Al Qaeda sampai saat ini masih terus mengalir ke Indonesia. "Belum diputus sepenuhnya karena mereka membawanya dengan cara hawala, yaitu dengan membawanya secara personal dengan bentuk cash," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.