Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS Kembalikan Uang Gratifikasi ke KPK

Kompas.com - 19/05/2011, 22:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekjen Partai Keadilan Sejahtera Mahfudz Siddiq menyatakan, fraksinya pernah mengembalikan uang senilai Rp 2 miliar kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Uang yang diterima anggota fraksinya pada periode 2005-2009 itu diduga merupakan gratifikasi sehingga kebijakan partainya memang mengharuskan untuk menyerahkannya kepada KPK.

"Kebijakan fraksi kami jelas. Setiap uang yang tak jelas asal-usulnya harus diserahkan ke KPK. Yang kayak gitu kan barang gelap, enggak kayak orang terima gaji. Jadi harus diberikan pada KPK. Total yang kami serahkan ke KPK sekitar Rp 2 miliar dari periode dari 2005," jelas Mahfudz Shiddiq di Gedung DPR, Kamis (19/5/2011).

Ia juga tak menampik bahwa praktik-praktik sejenis bukan lagi hal baru di lingkup anggota Dewan, termasuk percaloan yang terjadi di dalam gedung di wilayah Senayan itu. Hal ini disebabkan oleh pihak luar yang berusaha memanfaatkan anggota DPR untuk memuluskan kepentingan-kepentingan tertentu.

"Itu cerita lama, dalam kasus-kasus tertentu memang ada," katanya.

Bahkan, ia mengakui pernah dihinggapi oleh praktik percobaan penyuapan ini. Ketika pembahasan RUU Otonomi Khusus Aceh tahun 2006, Mahfudz sempat diberi uang yang dibungkus dalam sebuah amplop.

"Saya enggak tahu itu untuk apa dan siapa yang memberikan. Gratifikasi biasanya ada melalui titipan. Titipannya enggak dikasih judul apa, dari siapa, konteksnya apa, saya juga enggak tahu," jelasnya.

Diduga, gratifikasi itu berasal dari pihak yang berkepentingan terhadap rancangan undang-undang itu dan melobi melalui anggota DPR.

Mahfudz mengaku tidak mengetahui berapa besar barang yang dititipkan untuknya itu karena langsung menyerahkan kepada KPK. "Langsung saya serahkan ke KPK tanpa sempat melihat berapa besarnya," ucap Mahfud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com