Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saya Bertemu Kepala Negara NII

Kompas.com - 25/04/2011, 13:55 WIB

KOMPAS.com — Kelompok Negara Islam Indonesia (NII) memiliki sejumlah kepala negara. Para kepala negara itulah yang berwenang membaiat calon anggota baru.

Seperti yang saya tuturkan sebelumnya (Baca: Beginilah Cara NII Merekrut Saya), seorang anggota NII laki-laki mengajak saya bertemu dengan kepala negara NII yang akan menjelaskan lebih jauh konsep hijrah dan cara bergabung menjadi anggota. Ia meminta saya datang ke sebuah rumah kontrakan di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, tidak jauh dari Pasar Pondok Labu.

Didampingi Dewi, saya kemudian memutuskan untuk mendatangi rumah kontrakan yang dimaksud. Meskipun takut, saya memberanikan diri untuk datang. Saya penasaran ingin melihat sosok kepala negara yang katanya ada di Indonesia, selain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Esok harinya, saya dan Dewi pergi ke rumah kontrakan tersebut. Teman perempuan Dewi tidak jadi ikut karena ada acara lain. Dewi, yang kesan saya berlaku sok lugu, seolah tidak tahu apa-apa dan seolah-olah sama posisinya dengan saya, menuntun saya ke sana.

Berdasarkan arahan si teman lelakinya, akhirnya kami tiba di sebuah kontrakan. Rumah tersebut tidak terlalu luas. Berupa petakan yang berjajar dan berimpit dengan rumah kontrakan lainnya. Terdapat ruang tamu, dua ruang berupa kamar, kamar mandi, dan dapur di rumah kontrakan itu. Sesampainya di sana, kami diterima oleh si teman lelaki Dewi.

Seperti tamu pada umumnya, kami disuguhi minuman. Namun, saking curiganya, saya enggan meminum atau memakan apa pun yang disuguhkan. Selang beberapa menit, lelaki teman Dewi itu mengajak kami masuk ke sebuah kamar untuk bertemu kepala negara. Namun, saya dan Dewi dipisahkan. "Harus sendiri-sendiri," kata lelaki itu.

Kemudian lelaki itu mengantar saya lebih dulu ke kamar. Sementara Dewi tetap duduk di ruang tamu menunggu giliran diantar ke kamar lain untuk bertemu kepala negara lainnya. Saya dan lelaki itu tiba di sebuah kamar yang juga tidak terlalu luas. Hanya ada sebuah meja, dua buah kursi, dan sebuah kipas angin di sana. Juga ada setumpuk buku dan Al Quran di atas meja.

Karena takut terjadi apa-apa, saya meminta lelaki itu menyerahkan kunci kamar pada saya. Kemudian dikabulkan, kunci kamar saya pegang. Lelaki itu kemudian menjelaskan aturan main bertemu kepala negara. Ia berpesan, saya tidak boleh menoleh ke belakang saat kepala negara mengetuk pintu kamar. Saya harus berdiri saat mendengar pintu diketuk sampai sang kepala negara duduk di hadapan saya. "Baiklah," saya sanggupi.

Mengganti nama  

Kemudian lelaki itu mengeluarkan sebuah buku nama-nama Islam. Ia meminta saya memilih sebuah nama. Menurut dia, anggota NII harus berganti nama menjadi nama Islam. Setelah cukup lama mencari nama, akhirnya saya memilih Faizah sebagai nama depan, sedangkan nama belakangnya saya lupa.

Selesai pemilihan nama, lelaki itu mendata identitas saya. Ia menanyakan nama orangtua, silsilah keluarga, penghasilan orangtua, profesi orangtua dan saudara, termasuk profesi paman, bibi, dan lainnya.

Selesai pendataan, kami kembali berbincang sejenak menunggu sang kepala negara tiba. Untuk memastikan kedatangan sang kepala negara, lelaki itu keluar ruangan. Dan tidak lama kembali masuk ruang kamar lalu menyampaikan pada saya bahwa kepala negara telah siap. Kemudian ia keluar ruangan dan menutup pintu.

Saya seorang diri di kamar, menunggu sang kepala negara mengetuk pintu. Tak lama, terdengar suara ketukan pintu. Tanpa menoleh, saya berdiri, menyambut kedatangan sang kepala negara. Kemudian tampak di hadapan saya seorang lelaki muda sekitar 30 tahun mengenakan safari, berdasi, dan memakai peci hitam. Sekilas penampilannya tampak seperti mantan Presiden Soekarno. Lelaki yang berkulit agak gelap dan bermata sayu itu adalah sang kepala negara.

Ia memulai pembicaraan dengan menyakan nama. Ia meminta saya menjawab dengan nama Islam yang telah saya pilih. "Faizah," kata saya yang kemudian dicatatnya di sebuah kertas. Identitas diri saya beserta keluarga ditanyakannya kembali.

Sang kepala negara itu juga bertanya apakah saya memiliki saudara polisi atau tidak. "Tidak," jawab saya.

Sosok kepala negara itu berbeda dengan lelaki yang mengantar saya sebelumnya. Ia terkesan lebih matang, berwibawa, tidak banyak bicara, dan apa yang dikatakannya seolah sulit terbantahkan.

Saat pertemuan dengan kepala negara itu, saya kembali mempertanyakan konsep negara di dalam negara. Ia menjelaskan, mereka (NII) telah membangun negara yang lengkap dengan kepala negara, warga negara, dan wilayah negara. Sumber pendapatan negara, katanya, berasal dari pertanian, kehutanan, perkebunan, dan industri yang dikelola warga negara.

Menurutnya, NII memiliki sekian hektar hutan jati emas, kebun sayuran organik, dan lainnya. Ia juga bercerita sejumlah artis Ibu Kota telah bergabung sebagai warga negara. Kemudian ia menyebutkan salah satu nama penyanyi terkenal. Sampai saat itu, saya masih merasa bahwa konsep negara dalam negara seperti yang disampaikannya tidak masuk akal. "Ini ilegal" kata saya dalam hati.

Saya terus mengajukan pertanyaan demi pertanyaan. Berlangsung tanya jawab selama berjam-jam. Hingga akhirnya sang kepala negara tampak lelah meladeni saya. Ia kemudian menanyakan kesediaan saya untuk bergabung. 

 

Bersambung...

Selanjutnya: 
Modus Perekrutan NII (3): NII Menyuruh Saya Mencuri

Sebelumnya:  
Modus Perekrutan NII (1): Beginilah Cara NII Merekrut Saya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

    Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

    Nasional
    Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

    Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

    Nasional
    KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

    KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

    Nasional
    Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

    Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

    Nasional
    Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

    Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

    Nasional
    Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

    Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

    Nasional
    Kontroversi Usulan Bansos untuk 'Korban' Judi Online

    Kontroversi Usulan Bansos untuk "Korban" Judi Online

    Nasional
    Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

    Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

    Nasional
    MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

    MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

    Nasional
    Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

    Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

    Nasional
    MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

    MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK 'Gentle'

    [POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK "Gentle"

    Nasional
    Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

    Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

    Nasional
    Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

    Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com