Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KY Diminta Pantau Sidang Cikeusik

Kompas.com - 19/04/2011, 19:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah lembaga swadaya masyarakat meminta Komisi Yudisial (KY) untuk memantau persidangan para tersangka dalam kasus bentrokan antara warga dan jemaah Ahmadiyah yang terjadi di Cikeusik, Banten, awal Februari lalu. Persidangan terhadap para tersangka akan dimulai pada 21 April mendatang di Pengadilan Negeri Banten. Hal tersebut disampaikan Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Indria Fernida, dalam jumpa pers di kantor Kontras, Jakarta, Selasa (19/4/2011).

"Untuk menjaga pengadilan independen dan jujur," katanya.

Dalam jumpa pers itu hadir pula Koordinator LBH Jakarta, Nurkholis Hidayat, dan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Erna Ratnaningsih. Nurkholis menambahkan, besok pihaknya akan mengoordinasikan hal tersebut dengan KY.

"Karena yang diadili ini, untuk Cikeusik tokoh-tokoh masyarakat, kiai-kiai yang punya basic massa besar, yang dikhawatirkan adalah bias, posisi hakim bisa obyektif melihat fakta-fakta persidangan," ujarnya.

Ketiga LSM itu juga meminta kepolisian memastikan persidangan terhadap tersangka Cikeusik berlangsung aman. "Ini akan membantu hakim kalau dari awal ada pengamanan yang khusus dalam persidangan," tambah Nurkholis.

Di samping itu, mereka meminta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk proaktif memberikan jaminan perlindungan saksi dan korban selama persidangan Cikeusik berlangsung. Dalam kasus ini, saksi yang dimaksud adalah Arif, jemaah Ahmadiyah yang merekam peristiwa bentrokan tersebut.

Terkait bentrokan antara warga dan Ahmadiyah, dalam kesempatan itu ketiga LSM menyampaikan hasil pemantauan Kontras terhadap peristiwa tersebut. Kontras menemukan adanya dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap jemaah Ahmadiyah yang diposisikan sebagai korban dalam bentrokan di Cikeusik itu.

"Hak atas hidup, tidak mendapat keamanan, dan hak untuk mempertahankan harta milikinya," kata Erna.

Kesimpulan tersebut didapat setelah Kontras meminta keterangan sejumlah saksi, yakni dari pihak Ahmadiyah yang menjadi korban dan warga Cikeusik yang tidak terlibat bentrokan. Mereka juga meminta Komnas HAM menjadikan temuan Kontras tersebut sebagai dasar dan masukan dalam menyusun rekomendasi hasil investigasi Komnas HAM.

Untuk diketahui, Komnas HAM melakukan investigasi terhadap kasus Cikeusik. Hingga kini, hasil investigasi belum disimpulkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com