Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Bisa Identifikasi Pelaku

Kompas.com - 16/04/2011, 04:03 WIB

Ajun Inspektur Satu M Sukrim yang pada saat kejadian berada satu baris dengan pelaku menuturkan, pelaku sejak awal bertingkah aneh. Ia duduk di dekat pintu sekalipun bagian tengah masjid masih kosong. ”Saat khatib ceramah (khotbah), dia tidak memerhatikan dan justru mencari sandaran dekat tiang. Tetapi, saat akan mulai shalat, dia mendadak pindah posisi menuju ke tengah,” kata Sukrim.

Sesaat setelah bom meledak, suasana langsung panik dan banyak anggota jemaah yang keluar masjid karena khawatir ada bom susulan. ”Samping kanan saya sudah banyak anggota jemaah bergelimpangan dan mengerang kesakitan. Paku-paku menempel di lengan rekan saya, Heri,” katanya, yang juga mengalami luka ringan.

Akibat ledakan itu, Sukrim mengeluhkan telinga kanannya yang terus berdengung. ”Saya agak susah mendengar.”

Pelaku datang ke masjid dari arah samping, mengenakan kopiah dan jaket warna hitam. Polisi memastikan pelaku bukan dari unsur kepolisian, melainkan warga umum yang menumpang shalat di masjid polres.

Paku menancap

Polisi menjelaskan, ledakan bom bunuh diri itu melukai sejumlah perwira Polres Kota Cirebon, termasuk Kepala Bagian Administrasi Komisaris Suhadi dan Kepala Satuan Intelijen Ajun Komisaris Singgih. Selain itu, ada korban luka Ustaz Abas dan satu anggota masyarakat lain. Herukoco mengalami luka di punggung akibat serpihan paku dan baut. Suhadi luka parah di bagian lengan kiri dan leher akibat serpihan logam dan tancapan paku. Adapun Singgih mengalami luka di leher dan kaki.

Korban saat ini dirawat di dua rumah sakit, yakni 21 orang di RS Pelabuhan Cirebon dan satu orang di RSU Pertamina Cirebon, yakni Herukoco.

Hingga pukul 19.30, dokter berupaya mengeluarkan paku yang menancap di punggung Herukoco. Direktur RSU Pertamina Cirebon Zaenal Arifin memperkirakan, ada 4 paku dan 20 mur menancap di badan Herukoco. Operasi itu sendiri berlangsung sejak pukul 15.00. Setelah konferensi pers, Kapolri menjenguk Herukoco dan korban lain.

Komisaris Sutisna menambahkan, orang yang diduga pelaku itu duduk pada baris keempat. Saat shalat hendak dimulai, ia lalu maju ke baris kedua mendekati posisi Kapolresta. Selain melukai 28 orang, ledakan membuat atap masjid bolong dan kaca-kaca berantakan.

Sehubungan dengan kejadian itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, kepada pers di Jakarta, mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintah mengecam keras perbuatan yang tidak berperikemanusiaan ini. ”Seluruh masyarakat Indonesia juga menyesalkan dan mengutuk perbuatan ini,” kata Djoko.

Tokoh ulama Cirebon, KH Maman, mengatakan, bom bunuh diri itu merupakan tindakan terencana. Pasti ada auktor intelektualis di balik aksi itu. Presiden harus mengungkap pelaku dan dalang di balik peristiwa ini.

Kepala BNPT Ansyaad Mbai menilai, dari rekam jejaknya, kelompok aksi bunuh diri itu diduga adalah kelompok yang sebelumnya pernah beraksi. ”Aparat keamanan akan lebih mudah mengusut aksi peledakan itu karena jasad korban tewas dan diduga pelaku masih utuh,” kata Ansyaad.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj mengecam keras aksi peledakan bom itu. Pemerintah dan aparat kepolisian diminta segera mengusut tuntas tragedi itu dan menyeret pelakunya ke pengadilan. ”Bom bunuh diri di Cirebon adalah perbuatan biadab. Semua bom dengan tujuan membunuh atau melukai manusia itu dilarang Islam, apalagi di masjid saat shalat Jumat. Itu seperti menantang,” kata Said Aqil Siradj. (REK/WIE/ELD/FER/IAM/ NWO/ONG/WHY/RAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com