Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Golkar: Koalisi Tak Bisa Diseragamkan

Kompas.com - 06/04/2011, 19:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Bendahara DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai kontrak baru koalisi yang tengah disusun menjadi otoriter jika kontrak politik tersebut memuat poin bahwa fraksi partai koalisi di DPR merupakan kepanjangan tangan Sekretaris Gabungan dan harus melaksanakan keputusan apa pun yang sudah disepakati dalam forum internal Setgab.

"Koalisi memaksakan kehendak anggota untuk menyeragamkan (sikap politik). Konsep yang dibuat ini sangat menekan, penyeragaman, kita kembali ke masa otoriter," kata anggota Komisi III DPR ini dalam acara roadshow politik Dewan Penyelamat Negara di kantor DPP Hanura, Jakarta, Rabu (6/4/2011).

Menurut Bambang, jika kontrak politik koalisi yang baru memuat poin penyeragaman seperti itu, tugas dan fungsi fraksi-fraksi di DPR akan terancam. Secara tidak langsung, kata Bambang, aspirasi rakyat yang dibawa setiap fraksi akan diakuisisi Partai Demokrat selaku partai paling berkuasa.

"Ini yang membuat Golkar dan PKS hingga kini belum mau menandatangani," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso. Menurut dia, Golkar lebih baik tidak menandatangani kontrak tersebut. Kontrak politik baru tersebut, kata Priyo, tidak terlalu diperlukan saat ini karena justru akan menimbulkan persoalan baru. Kontrak politik yang ada dinilainya sudah cukup memadai. Priyo mengatakan, yang diperlukan saat ini adalah penguatan Setgab untuk dapat mengawal kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono hingga tahun 2014. Bukan malah menambah masalah dengan berupaya melegitimasi keseragaman pendapat.

Sementara itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, mengatakan, draf kontrak baru koalisi belum final karena masih menunggu koreksi dan persetujuan anggota koalisi. Draf baru itu memang memuat poin bahwa setiap anggota koalisi wajib menerapkan keputusan Setgab di DPR jika sudah dibicarakan di dalam forum internal Setgab.

Kontrak politik baru koalisi merupakan salah satu poin kesepakatan antara Presiden Yudhoyono selaku Dewan Pembina Partai Demokrat dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Keduanya sepakat untuk memperbaiki manajemen koalisi dengan kontrak politik baru pascakisruh koalisi terkait perbedaan pendapat anggota koalisi atas usulan hak angket mafia pajak. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com