Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Besok, Yusuf Kembali ke Mabes Polri

Kompas.com - 28/03/2011, 19:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah seorang pendiri Partai Keadilan yang sekarang bernama Partai Keadilan Sejahtera, Yusuf Supendi akan kembali mendatangi Badan Reserse Kriminal Mabes Polri besok menyusul laporannya tentang dugaan pencemaran nama baik dan fitnah yang dilakukan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq. Yusuf yang didampingi kuasa hukumnya, Ahmad Rivai akan melengkapi bukti laporannya.

"Besok jam 11 di sini," ujar Ahmad Rivai seusai melaporkan Luthfi di Mabes Polri, Jakarta, Senin (28/3/2011).

Sebelumnya Yusuf melaporkan Luthfi ke Mabes Polri karena dinilai memfitnahnya melalui pesan singkat. Sekitar satu jam, Yusuf dan Rivai berada di dalam gedung Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Seusai melapor, Rivai mengatakan bahwa Luthfi menyebut Yusuf bekerja sama dengan Badan Intelijen Nasional (BIN) untuk menghancurkan PKS. "Sekali lagi kami tegaskan, Yusuf tidak pernah berkomunikasi dengan BIN," katanya.

Pesan-pesan singkat bernada fitnah yang menurut Yusuf dikirimkan oleh Luthi akan diserahkannya ke Mabes Polri besok sebagai alat bukti. "Kita akan melengkapi bukti termasuk kita akan menyerahkan HP (handphone) dan bukti lainnya sebagai bukti awal," ucap Rivai.

Ketika ditanya mengapa Yusuf baru melaporkan Luthi hari ini padahal pesan singkat tersebut dikirimkan April 2010, Rivai menjawab bahwa upaya Yusuf kali ini dilakukan karena merasa tidak ada lagi cara lain.

Yusuf, lanjut Rivai, telah menempuh pembicaraan internal dengan PKS selama enam tahun namun tidak membuahkan hasil untuk menjadikan PKS partai yang bersih. "Cuma karena tidak ada tanggapan hampir enam tahun kemudian disampaikanlah ke Badan Kehormatan. Dipanggil, kemudian batal lagi, dan sebagainya, karena Yusuf merasa sudah mentok," lanjut Rivai.

Seperti diketahui, sebelumnya Yusuf juga melaporkan Luthfi ke Badan Kehormatan DPR karena dinilai melakukan pelanggaran kode etik anggota parlemen. Saat mendatangi BK DPR Yusuf mengungkapkan bahwa Luthfi kerap mengirim pesan singkat bernada tidak pantas kepadanya.

Selain itu, Yusuf yang diberhentikan dari keanggotaan PKS tahun lalu itu menuding Sekretaris Jenderal PKS, Anis Matta menggelapkan dana kampanye pemilihan gubernur DKI dari Adang Daradjatun senilai Rp 10 miliar. Yusuf kemudian melaporkan Anis ke Komisi Pemberantasan Korupsi.

Selain Luthfi dan Anis, Yusuf menuding Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin gemar memperkaya diri dengan mengumpulkan uang setoran. Sejumlah anggota PKS menilai tudingan tersebut dilancarkan Yusuf karena sakit hati akibat dipecat dari PKS.

Namun belakangan, PKS menilai tudingan Yusuf ditengarai merupakan bagian serangkaian serangan pihak tertentu terhadap PKS pasca pengambilan sikap PKS yang mendukung hak angket mafia pajak di parlemen. Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq menyatakan PKS tidak ingin menggubris tudingan Yusuf. PKS belum akan melaporkan Yusuf ke Polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

    Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

    Nasional
    Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

    Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

    Nasional
    Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

    Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

    Nasional
    Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

    Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

    Nasional
    Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

    Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

    Nasional
    Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

    Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

    Nasional
    Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

    Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

    Nasional
    Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

    Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

    Nasional
    Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

    Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

    Nasional
    Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

    Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

    Nasional
    Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

    Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

    Nasional
    Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

    Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

    Nasional
    Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

    Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

    Nasional
    Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

    Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

    Nasional
    Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

    Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com