Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sofjan Semakin Lantang

Kompas.com - 06/03/2011, 03:44 WIB

Istri saya sempat menangis. Tetapi, dia selalu mengantarkan nasi bungkus untuk saya. Yang mengherankan, saudara-saudara saya selalu memuji-muji istri saya ini. Dibilang anak baiklah karena pendidikannya berada di asrama. Ini berbeda dengan tanggapan mereka terhadap orang- orang lain yang pernah dekat dengan saya. Ha-ha-ha.

Anda, kok, seperti antitesis keadaan saat ini. Anda tetap kencang mengkritik, tetapi tidak berharap atau mengejar jabatan tertentu.

Sebagai anggota parlemen dulu, saya merasa tidak banyak memberikan kontribusi kepada bangsa ini. Semua yang diputuskan dari atas selalu didukung. Kayak stempel saja dulu di Golkar walaupun ada fraksi-fraksi pembaharuan. Saya melihat tawaran-tawaran jabatan menggiurkan itu selalu datang terlambat dibandingkan dengan keinginan saya. Itu mungkin bukan hoki saya. Ha-ha-ha. Sewaktu ada tawaran menjadi menteri (belakangan ini), saya sempat menanyakan kepada saudara-saudara saya. Mereka umumnya tidak mendukung. Alasannya, saya sudah tua. Sudahlah, saatnya bermain dengan cucu dan jangan lagi berurusan dengan pemerintah. Saya pun tidak biasa bermain di tingkat birokrasi.

Tetapi, Anda tetap sibuk saat ini, bagaimana caranya membagi waktu bersama keluarga?

Saya berupaya betul meluangkan waktu Sabtu-Minggu bersama keluarga. Paling sedikit makan setiap minggu bersama anak dan cucu-cucu. Main golf. Setiap tahun paling tidak pergi ke suatu negara bersama cucu selama 10 hari atau dua mingguan. Ini saling pengertian saja, apalagi istri saya sibuk di yayasan orang- orang cacat.

Dalam keluarga, sejak dahulu ada semacam pembagian tugas. Istri menjaga dan mendidik anak-anak, sedangkan saya lebih banyak bertugas di luar. Saya memberikan pendidikan dan memotivasi anak-anak untuk menjadi yang terbaik di sekolah. Jujur saja, orang paling berjasa dalam keluarga kami adalah istri saya.

Pandangan Anda terhadap kondisi ekonomi dan apa yang harus dilakukan pemerintah saat ini?

Saya selalu mengkhawatirkan, pemerintahan SBY pada periode kedua ini lebih banyak dihabiskan waktunya untuk polemik politik, entah kasus Bank Century ataupun Gayus (Tambunan). Kita masuk dalam suasana seolah- olah akan masuk pemilihan umum tahun depan, bukan tahun 2014. Banyak yang berlomba- lomba menjadi presiden. Itu juga dilakukan pemerintah saat ini, seolah-olah dia mempersiapkan calon presiden untuk tahun 2014. Semua partai politik bersiap untuk isu-isu ini.

Rencana pemerintah dengan kombinasi berbagai masukan dari Komite Ekonomi Nasional sangat bagus. Tetapi, saya tahu betul. Rencana ini tidak bisa dilaksanakan tanpa menentukan prioritas. Prioritas yang paling gampang dan bisa membuat investasi cepat masuk adalah memperbaiki peraturan-peraturan yang saling bertentangan, baik di tingkat undang-undang maupun peraturan pemerintah. Kalau memperbaiki aspek ini saja, pemerintahan ini sudah bisa banyak menghasilkan sesuatu, termasuk mendorong peningkatan investasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com