JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menentang setiap upaya untuk mengudeta siapa pun penguasa yang dianggap sudah tidak dipercaya. Pasalnya, kudeta bertentangan dengan konstitusi.
"Saya hanya ingin agar pemimpin yang berkuasa itu sadar dan siuman. Jika dirinya tidak mampu dan dipercaya, ya sudah," ujar Syafii Maarif dalam seminar "Korupsi yang Memiskinkan", yang diselenggarakan harian Kompas di Hotel Santika, Jakarta, Selasa (22/2/2011) siang.
Dalam kaitan itu, Syafii tidak menunjuk nama pemimpin yang dimaksud. Namun, supaya jangan sampai jatuh terjerembap, Syafii menyarankan agar pemimpin tersebut menunjuk orang lain yang memang mampu untuk bekerja.
"Yang (sedang) memimpin, duduk manis saja. Biar orang yang ditunjuk itu entah jadi apa. Biarkan orang itu bekerja saja. Dengan cara itu, suasananya akan berlangsung damai," katanya seraya menyebut si A atau si B yang bisa ditunjuk.
Belum punya jasa
Lebih jauh, Syafii membandingkan penyebab revolusi di Mesir dengan di negara lain. "Di Mesir, seorang otoriter yang menumpuk kekayaan. Akan tetapi, di sini, sekarang kan (orangnya) santun. Malah diancam-ancam oleh kelompok garis keras," katanya lagi.
Syafii menyatakan, dahulu almarhum Presiden Soekarno dikenal sebagai orator dan tokoh yang besar pada abad ke-20 serta almarhum Presiden Soeharto memiliki jasa-jasa yang besar, tetapi tetap jatuh. "Akan tetapi, kalau yang sekarang ini, apa sudah ada jasa-jasanya?" tanya Syafii lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.