Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Akan Gelar Ratas Kasus Gayus

Kompas.com - 15/01/2011, 03:26 WIB

"Tidak benar Presiden dan pemerintah tidak memberi perhatian terhadap kasus-kasus yang menjadi sorotan publik tersebut. Presiden telah berkali-kali mengadakan rapat dan memerintahkan Kapolri serta Jaksa Agung untuk membuat terang kasus-kasus tadi. Memang, tidak semua hasil rapat dan perintah Presiden disampaikan kepada publik," tambah Djoko.

Rapat bidang polhukam, lanjut Djoko, adakalanya tertutup atau intern, hanya Presiden, Menko Polhukam, aparat penegak hukum terkait, dan tidak harus semuanya dinyatakan terbuka.

"Di dalam rapat-rapat terbatas, juga seperti rapat di Halim Perdana Kusuma ini, Kapolri tadi melaporkan perkembangan penanganan kasus Gayus secara gamblang. Mulai dari awal kronologi penangkapan Gayus, kemudian diperiksa, sampai dengan kasus larinya Gayus ke Bali. Kemudian ada updating lagi, ternyata ada kepergian Gayus ke tempat lain," jelasnya.

Djoko menyebutkan, rapat kali itu, Kapolri melaporkan apa yang tengah dilakukan jajaran Polri untuk menangani Gayus, termasuk perkembangan masalah perpajakannya. Begitu juga dengan Jaksa Agung.

Dalam proses penanganan kasus, pemerintah tidak akan tebang pilih. "Namun, memang untuk menelusuri kasus pajak tersebut tidaklah mudah mengingat memerlukan ahli forensik perpajakan yang kuat dan tajam," ungkap Djoko.

Terkait soal desakan Presiden harus mengintervensi aparat hukum untuk pengungkapan kasus Gayus, Djoko mengakui salah satu intervensi dari Presiden di antaranya memanggil para pejabat hukum, yang diminta untuk menuntaskan masalah-masalahnya bagi penegakan hukum.

Seolah-olah salah apabila Presiden tidak mengintervensi atau tidak peduli terhadap masalah yang dihadapi. Itu adalah salah satu intervensi beliau.

Dalam hukum, tidak boleh Presiden memerintahkan Kapolri dan Jaksa Agung untuk menangkap si A atau si B, tetapi untuk melakukan pengusutan agar lebih cepat, lebih terang, dan lebih baik.

"Itulah yang selalu dilaksanakan Presiden. Memang, hal seperti itu tidak selalu terbuka untuk publik, melainkan kepada pejabat yang bersangkutan langsung," papar Presiden lagi.

Djoko mengatakan, "Jadi, kalau ada teman-teman yang mengatakan Presiden tidak intervensi di dalam hukum, itu karena teman-teman tidak melihat petanya apa yang dilakukan sehari-hari oleh Presiden dan kita semua. Sebab, semua rapat yang dilakukan tidak seluruhnya diungkap ke publik."

Ditegaskan Djoko, intervensi Presiden terhadap masalah hukum senantiasa dilakukan. Keliru kalau seorang Presiden tidak peduli dan tidak pernah memanggil Kapolri dan Jaksa Agung untuk membicarakan bagaimana proses hukum dari masalah ini dijalankan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Nasional
    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com