Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Saling Mengunci

Kompas.com - 14/12/2010, 07:52 WIB

OLEH SUKARDI RINAKIT

Pagi, saya membaca tulisan Daoed Joesoef. Judulnya, ”Pembentukan Bangsa” (Kompas, 11/12/2010). Malam hari, seperti Kwik Kian Gie, penulis bermimpi menjadi presiden. Karya Daoed itu, entah bagaimana, membuka mata batin saya bahwa selama ini telah salah langkah. Sebab itu, sebagai presiden, saya langsung perintahkan agar kontroversi keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta berhenti. Seluruh anak bangsa harus menjunjung tinggi sejarah, tunduk pada kesepakatan para bapak bangsa, dan menghargai aspirasi warga Yogyakarta.

Satu masalah selesai. Kini fokus pada urusan ekonomi. Daripada kepala pening memikirkan begitu banyak masukan, saya panggil saja ekonom Muhammad Chatib Basri. Ia baru saja menulis ”Seni Membuang Kesempatan” (Kompas, 6/12/2010).

Kepadanya, saya perintahkan untuk membuat seluruh langkah antisipatif guna menghadapi masalah yang enak (good problem) saat ini. Usulan kebijakan itu langsung saya implementasikan. Bayangkan, tanpa langkah berarti dari pemerintah, saat ini uang mengalir deras masuk ke Republik. Ekonomi Indonesia menguat. Namun, ibarat wine, yang enak itu pun bisa memabukkan dan membawa kecelakaan di jalan ketika mengemudi. Pemikiran yang baik dan implementasi kebijakan yang cepat adalah mutlak.

Kehilangan fokus

Ketika terbangun dan sadar, entah mengapa tiba-tiba penulis dihantui latar sejarah. Siapa pun yang berkuasa di negeri ini, sehebat apa pun dukungan politik di belakangnya, tidak ada jaminan ia tidak akan jatuh. Bung Karno ditopang penuh oleh kaum nasionalis, Pak Harto oleh tiga pilar (militer, birokrasi, dan Golkar), BJ Habibie oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia, dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) oleh Nahdlatul Ulama. Namun, mereka tidak bisa menghindar dari dera sejarah. Kekuatan partai dan loyalitas massa pendukung tidak bisa menolong.

Karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga harus berhati-hati meniti gelombang kepemimpinannya. Apalagi, tak ada pendukung loyal seperti presiden sebelumnya. Klaim keberhasilan pemerintah yang berlebihan, jika terlalu jauh jaraknya dengan realitas, tak tertutup kemungkinan tiba-tiba berubah jadi pemicu ketidakstabilan politik.

Simak saja tahun ini. Pemerintah selalu mengklaim semua program berhasil. Ekonomi tumbuh, kemiskinan turun, pembangunan infrastruktur bergerak dinamis, demokrasi bekerja sempurna, dan entah apa lagi. Semua masalah di Tanah Air sepertinya beres. Padahal, jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti Filipina, Thailand, dan Malaysia, pertumbuhan ekonomi kita ketinggalan. Roda pembangunan bergerak lamban tahun ini. Kita belum menangkap optimisme dalam arti sebenarnya. Petani, nelayan, dan buruh tetap menghadapi kesulitan hidup. Itu belum termasuk jika korban bencana alam ikut diperhitungkan.

Semua kelambanan gerak ekonomi itu, jika tidak boleh disebut stagnan, disebabkan kentalnya muatan politik di dalamnya. Praktik politik setahun ini adalah praksis saling mengunci antaraktor, terutama antara Presiden dan partai politik. Akibatnya, praktik politik dan optimisme ekonomi sepanjang tahun ini menjadi defektif lantaran energi yang ada terkuras untuk melakukan manuver politik, baik dalam arti mempertahankan diri maupun melakukan kontestasi.

Seperti catatan saya dalam evaluasi politik di Akbar Tandjung Institute beberapa hari lalu, hampir semua partai, terutama empat partai yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilu 2009, tahun ini masing-masing terkunci oleh satu kasus. Partai Demokrat disandera kasus skandal Bank Century, Golkar oleh kasus mafia pajak Gayus HP Tambunan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan oleh kasus pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom tahun 2004, dan Partai Keadilan Sejahtera oleh kasus Misbakhun. Masing-masing dari mereka tiarap manakala kasusnya mencuat dan menjadi diskursus publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Nasional
UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

Nasional
Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Nasional
Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Nasional
Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com