Ketua RW 07 Gowongan, Jetis, Yogyakarta, Eko Agus, menuturkan, lebih dari 30 rumah warganya tergenang banjir lahar dingin. Lebih dari 150 warganya mengungsi ke balai warga dan rumah tetangga. Data sementara menyebutkan jumlah pengungsi mencapai 3.498 orang, tersebar di lima kecamatan: Jetis, Tegalrejo, Danurejan, Pakualaman, dan Gondomanan.
Tidak mengerti sejarah
Dengan beban psikologis dan ekonomi yang sensitif seperti itu, pernyataan Presiden menjadi pembahasan yang panas bagi puluhan warga RW 07 Kelurahan Gowongan yang berlepotan lumpur. ”Pernyataan Presiden tentang monarki itu menyakitkan,” kata Mujijono, warga RT 29.
Eko Agus juga mengaku sakit hati mendengar pernyataan Presiden. Bagi dia, pernyataan semacam itu menunjukkan bahwa pemerintah pusat tidak mengerti sejarah DIY.
Asosiasi Pemerintahan Desa Indonesia DIY juga menilai ucapan Presiden bertabrakan dengan konstitusi karena keistimewaan DIY secara sah diatur dalam UUD 1945.
Oleh karena itu, Mulyadi, Ketua Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat Desa Se-DIY Ismaya, mengemukakan, pernyataan Presiden soal monarki justru menyatukan warga DIY untuk mempertahankan keistimewaan meskipun sedang ditimpa bencana.
Ketua Paguyuban Becak Pariwisata Yogyakarta Paiman menuturkan, daripada pemerintah pusat harus menganggarkan miliaran rupiah untuk pemilihan gubernur DIY, lebih baik dana itu dipakai untuk memperbaiki nasib para tukang becak.
Bupati Sleman Sri Purnomo hanya berkomentar, sebaiknya pemerintah pusat memusatkan konsentrasi untuk menangani bencana Merapi sehingga masyarakat Yogyakarta terbantu.
Soal keistimewaan DIY, Presiden hasil didikan tentara yang pernah bertugas di DIY saat menjadi Komandan Korem 072/Pamungkas Yogyakarta, Kodam IV/Diponegoro, itu pasti memahaminya. Apalagi, konstitusi selalu ada di sakunya.
Karena peran istimewa DIY, 28 Desember 1949, Presiden Soekarno berterima kasih secara khusus. Ucapan terima kasih itu disimpan di Gedhong Kaca (Museum Hamengku Buwono IX) dalam Kompleks Keraton Yogyakarta. Isinya: ”Djogjakarta menjadi termasjhur oleh karena djiwa kemerdekaannya. Hidupkanlah terus djiwa kemerdekaan itu.”
Kini jiwa merdeka itu mendapat tantangan saat seluruh warga menaruh perhatian kepada sejumlah warga yang hidup di pengungsian.
Gerakan warga dengan jiwa merdeka yang menyala mulai bergerak bersama mempertahankan keistimewaannya. (INU/ARA/ENY/RWN/PRA/IRE)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.