Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Tama Jalan di Tempat

Kompas.com - 16/11/2010, 19:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesian Corruption Watch atau ICW bersama Kontras dan LBH Jakarta mendatangi Polda Metro Jaya untuk meminta penjelasan mengenai kasus penganiayaan aktivis ICW, Tama S Langkun, yang tak ada kemajuan alias mandek.

"Kesimpulan kita, ada kegagalan pencegahan polisi setempat untuk mencegah penyerangan Tama. Dari proses hukum yang berjalan, tidak ada pengembangan terhadap persoalan ini lebih jauh lagi," ujar Koordinator Kontras, Haris Azhar, di Polda Metro Jaya, Selasa (16/11/2010).

Haris mengatakan, penyelidikan polisi selama ini sebatas kronologi peristiwa dan menanyai rekan-rekan kerja Tama. Namun, yang disayangkan, polisi tidak mengarahkan upaya pengungkapan penganiayaan. "Penyelidikan polisi malah berusaha masuk wilayah konflik pribadi Tama. Padahal, Tama tidak punya konflik pribadi yang cukup serius dengan orang lain," ujar Haris.

Sementara itu, hasil investigasi yang dilakukan oleh ICW, Kontras, dan LBH Jakarta menunjukkan bahwa telah terjadi intimidasi oleh pelaku penganiayaan sebelum peristiwa tersebut terjadi. Hasil investigasi lainnya menunjukkan bahwa Tama memang menjadi incaran penganiayaan.

"Ada beberapa kejadian yang dianggap meresahkan Tama dan ICW. Artinya, Tama sudah ditargetkan menjadi korban. Ini yang harusnya dijadikan basis oleh polisi untuk melakukan penyelidikan mendalam," kata Haris.

Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Boy Rafli Amar mengatakan bahwa hingga saat ini proses penyelidikan kasus Tama masih berlanjut. "Sampai saat ini masih terus dilakukan proses penyelidikan dan penyidikan. Tidak ada yang terhenti, prosesnya masih berjalan," ujar Boy.

Ditanya mengapa pengusutan kasus Tama berlangsung lama, Boy mengatakan bahwa saksi-saksi yang melihat peristiwa itu sedikit. "Saksi-saksi sangat minim sehingga kasus ini mengarah ke mana, ini yang membuat tidak mudah untuk diungkap," ujar Boy.

Peristiwa tersebut juga berlangsung pada dini hari. Menurut Boy, kondisi tersebut menjadi kendala di lapangan. "Sepertinya ada kendala dalam memperoleh informasi. Peristiwanya terjadi dini hari dan pelaku penganiayaan mengenakan helm," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Nasional
Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com